“Namun, aku saat itu enggak tahu kalau sikapku yang kumaksudkan hanya sebagai becandaan yang bisa menghibur teman-teman sekelas, ternyata justru menyakiti orang lain. Seriously, I thought I was funny. Tapi nyatanya enggak.
Suatu hari aku dipanggil oleh wali kelasku. Ia ternyata telah mendapat pengaduan dari banyak anak soal tingkah lakuku di kelas yang sering menjadikan mereka sebagai bahan olok-olokkan.
Aku kaget. Aku tidak menyangka apa yang aku lakukan sampai berdampak separah itu. Apalagi setelah mendengar kalau banyak anak yang menangis dan jadi takut masuk sekolah karena aku.
Mereka bahkan merasa aku seperti monster yang tega mempermalukan mereka dan menghina diri mereka di depan banyak orang.
Saat itu aku baru mengerti kalau kelakuanku sudah keterlaluan. Maksudku memang hanya ingin membuat teman-teman sekelas tertawa, tapi caraku yang salah justru membawa dampak buruk bagi orang lain.
Aku akhirnya mulai belajar kalau untuk bisa mencairkan keadaan dan membuat orang lain bahagia tidak harus dengan cara menjatuhkan orang lain.”
Bullying di Indonesia
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah anak sebagai pelaku kekerasan (bullying) di sekolah mengalami kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 kasus di 2015.
Mengapa bisa begitu? Banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan bullying, seperti keteladanan yang kurang serta rendahnya pemahaman anak mengenai kewajiban dan tanggung jawab moral.
Selain itu, faktor lain seperti maraknya tayangan kekerasan yang muncul di berbagai media serta games online juga menjadi faktor pendukung yang tidak bisa dianggap remeh.
Hal-hal seperti berkata-kata kasar dan berperilaku anarkis dianggap hal yang sudah biasa terjadi. Mereka berpikir bahwa tidak ada yang salah dengan itu.
Professor Dieter Wolke (University of Warwick, UK) seorang peneliti yang mendalami tentang kasus bullying pernah berkata bahwa baik korban maupun pelaku bullying harus mendapatkan bimbingan khusus agar mereka bisa cepat kembali berperilaku “normal” di lingkungan masyarakat.
Semua elemen masyarakat pun harus menyadari bahwa bullying merupakan tindakan yang salah serta memiliki efek signifikan yang bisa bertahan dalam jangka panjang. (Natal)
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR