Keperawanan adalah salah satu persoalan paling pribadi untuk masing-masing orang. Namun herannya banyak banget pihak yang pengin tahu tentang keperawanan orang lain, terutama keperawanan cewek.
Sering banget kita mendengar gosip yang sedang membicarakan apakah seleb itu masih perawan atau enggak, apakah si cewek populer dari kelas sebelah sudah kehilangan keperawanannya, dan masih banyak lagi.
(Baca juga: Seberapa Paham Kamu Tentang Keperawanan?)
Pada 2010 lalu, DPRD Jambi mengajukan peraturan untuk memeriksa kegadisan dan keperjakaan untuk calon siswa dan siswi.
Human Rights Watch pernah memprotes Tentara Nasional Indonesia yang masih menerapkan tes keperawanan untuk calon prajurit dan calon tunangan anggota prajurit.
Padahal, cara kita belajar dan bekerja enggak ada hubungannya sama keperawanan atau keperjakaan. Kenapa sih banyak orang yang suka kepo mengenai keperawanan?
Menurut Caroline Monteiro, National Coordinator Peace Women Across the Globe Idonesia, di Indonesia keperawanan adalah sesuatu yang kontradiktif.
“Di satu sisi keperawanan dianggap suci karena berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan. Namun di sisi lain hal tersebut diatur oleh konstruksi masyarakat, sehingga masyarakat mengatur seperti apa cewek harus bertindak.”
(Baca juga: Pendidikan Seks Itu Bukan Hal yang Tabu untuk Dibicarakan, Tapi Penting Banget untuk Kita Ketahui)
Keperawanan adalah persoalan pribadi
Psikolog Roslina Verauli, M.Psi, mengatakan bahwa kita harus paham terhadap hak yang kita punya, termasuk hak soal tubuh. Apa yang terjadi pada tubuh kita bisa disimpan sendiri, tanpa perlu memberi tahu orang lain.
Kita juga patut mencurigai ketulusan pacar saat dia pengin tahu tentang keperawanan kita. “Ketika cowok merasa keperawanan itu penting, kita boleh meragukan dia. Harusnya dia menghargai cewek seutuhnya, bukan cuma keperawanannya aja,” ujar Vera.
“Aku sih enggak mempermasalahkan kalau pacar atau calon istri nanti sudah enggak perawan. Awalnya mungkin kaget, tapi ya enggak masalah. Lagian itu kan sudah masa lalu juga, aku kan pacaran sama dia bukan karena keperawanannya.” (Gibran, 20 tahun)
“Kita enggak bisa memaksa orang untuk menjaga keperawanannya. Aku enggak peduli kalau pacarku sudah enggak perawan lagi soalnya masa lalu dia kan urusan dia, masa depan dia baru masa depanku juga.” (Bagus, 21)
“Kalau kita melakukan seks sebelum pernikahan secara sadar sih enggak masalah, asal sudah tau apa risikonya. Di mata orang, sex before marriage tuh buruk banget, padahal menurutku lebih buruk lagi kalau sudah menikah terus selingkuh atas dasar memuaskan hasrat seks doang. Tubuh kita enggak diatur sama aturan dari masyarakat. Tubuh kita ya kita sendiri yang pegang keputusannya.” (Claudia, 18)
“Kehilangan keperawanan karena melakukan seks sebelum nikah tuh enggak baik kalau kita enggak tanggung jawab. Tapi enggak lantas jadi membuat semua orang yang sudah enggak perawan tuh punya perilaku buruk. Karena sifat dan kelakuan kita enggak dinilai dari keperawanan.” (Lidia, 19)
Keperawanan dan keperjaakaan adalah hal personal bagi setiap orang, kita yang sudah enggak perawan bukan berarti lebih buruk daripada yang masih perawan.
Kegadisan enggak ada hubungannya dengan kebaikan, kecerdasan, dan kesuksesan seseorang. Jadi, enggak perlu membuktikan pada orang lain tentang keperawanan kita.
Untuk tahu pembahasan lebih lanjut tentang seks dan keperawanan, klik di sini!
(Baca juga: Kenali Jenis-jenis Puting Payudara Yuk, Biar Enggak Salah Paham!)
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR