Pada Sabtu 20 Mei 2017 yang lalu, Lam Horas Production, Jakarta Feminist Discussion Group dan Hollaback! Jakarta mengadakan movie screening dan talkshow bertajuk #PerempuanBaru.
Talkshow ini menjadi lanjutan acara Women’s March Jakarta yang sudah diselenggarakan pada bulan Maret 2017.
Acara ini terwujud sebagai bentuk dari keprihatinan sekaligus untuk terus memberdayakan perempuan yang masih dianggap sebagai kelas kedua, minoritas dan dipandang sebelah mata.
Berikut ini ada 3 pelajaran yang bisa kita ambil dalam talkshow #PerempuanBaru.
(Baca di sini, menyuarakan aspirasi cewek melalui talkshow #PerempuanBaru)
Diskusi Kesetaraan Gender
Di talkshow ini ada 5 perempuan yang menjadi narasumber dan membagikan pengalaman mereka tentang isu-isu gender.
Para narasumber ini memiliki latar belakang yang berbeda, namun dengan visi dan misi yang sama buat menegakkan kesetaraan gender.
Di antaranya ada Karlina Supelli, astronom perempuan pertama di Indonesia yang terjun di dunia STEM. Howi Amalia, seorang coder, juga mencoba memutuskan stereotipe kalau dunia teknologi hanya bisa dijalankan oleh laki-laki.
Lalu ada Muniroh Suradi, mantan seorang diplomat yang berjuang hingga keluar negeri untuk membiayai keluarganya.
Kemudian Musriyah, menjadi ketua Sekolah Perempuan Ciliwung yang berusaha membantu perempuan lain yang sudah berkeluarga di bantaran kali Ciliwung, untuk mendapat pendidikan pentingnya hukum bagi suami yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Terakhir ada seorang aktris, Hannah Al Rashid yang bercerita mengenai pengalamannya saat pergi ke suatu tempat di Aceh. Di mana perempuan jadi ketua adat dan berhasil menyelesaikan konflik adat dengan cara damai. Hebat!
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR