Parahnya, dilansir dari ncpc.org, sebuah survei menyebutkan bahwa 81% remaja kurang paham bahwa cyber bullying adalah hal yang serius. Padahal, korban dari cyber bullying dapat menderita dalam aspek emosional, sosial, tingkah laku, hingga akademis.
Korbannya dapat menderita depresi dan terancam risiko eating disorder, mengucilkan diri, hingga tidak ada keinginan untuk melanjutkan pendidikannya akibat harus menanggung malu.
Mengapa menyebarkan video atau konten berbau seks termasuk cyber bullying?
Saat satu akun mulai memposting sebuah video atau konten berbau seks, pasti akan ada akun-akun lainnya yang menanggapi.
Orang-orang yang mengetahui tersebarnya konten tersebut akan terpicu untuk memberi komentar buruk atau bahkan menyebarkannya. Komentar-komentar buruk serta upaya seseorang untuk meyebarluaskan video tersebut adalah bentuk dari cyber bullying.
Apa yang harus kita lakukan jika teman kita menjadi korban cyber bullying?
Enggak menutup kemungkinan kejadian buruk ini bisa terjadi pada kita atau orang terdekat kita. Lalu apa yang harus kita lakukan?
Pertama, jangan sampai kita ikut-ikutan menyebarkan atau memberi komentar-komentar yang buruk terhadap konten yang berhubungan dengan orang video tersebut.
Meski sudah tersebar luas, jangan menghapus konten itu. Dokumentasikan dan jadikan sebagai bukti untuk dilaporkan ke pihak berwajib.
Jangan membalas perilaku orang yang melakukan cyber bullying kepada kita. Membalas perilaku mereka sama saja membuat diri kita seorang bully.
Report semua konten tersebut ke administrator website lewat fitur ‘report’ di Facebook, Youtube, Instagram, atau media sosial lainnya.
(Baca juga: 5 Akun Instagram yang Menginspirasi Kita Bikin Catatan Rapi dan Aestetik)
Kisah Yessiow dan Samsung Merayakan Harmoni Dua Budaya Lewat Galaxy Wrap Melting Pot Nusantara x Hangul
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR