Perang ini dianggap sebagai salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia sertas menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya pada tanggal 18 September 1945 menjadi pemicu pertempuran ini.
Saat itu sekelompok orang Belanda dibawah pimpinan W.V.Ch.Ploegman mengibarkan bendera Belanda (merah-putih-biru) tanpa persetujuan pemerintah RI. Padahal maklumat pemerintah menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini sontak membakar amarah rakyat Surabaya karena pihak Belanda dianggap melecehkan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya para pemuda dipimpin oleh Residen Soedirman mendatangi Ploegman untuk berunding agar Belanda menurunkan bendera tersebut.
Ploegman menolak, perundingan memanas dan perkelahian terjadi yang menewaskan Ploegman.
Pihak Indonesia kemudian menurunkan bendera Belanda, merobek bagian berwarna biru lalu mengereknya kembali bagian berwarna merah dan putih ke puncak tiang.
Sejak insiden bendera di Hotel Yamato ini, perselisihan Indonesia dengan pihak Inggris (Belanda datang memboncengi), semakin memanas, termasuk salah satu pemicunya adalah kematian Brigadir Jenderal Mallaby. Hingga puncaknya terjadi peperangan pada tanggl 10 November.
Pertempuran 10 November 1945 dan kegigihan Bung Tomo.
Pengganti Brigjen Mallaby, Mayjen Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa pihak Indonesia harus menyerahkan seluruh persenjataan dan menyerahkan diri pada tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi.
Ultimatum ini ditolak oleh pihak Indonesia karena dianggap sebagai sebuah penghinaan atas kemerdekaan yang udah diraih.
Pertempuran pun enggak terelakan. Salah satu tokoh penting Indonesia saat itu yang berhasil mengobarkan semangat arek-arek Surabaya dengan orasinya adalah Bung Tomo.
Penulis | : | Putri Saraswati |
Editor | : | Putri Saraswati |
KOMENTAR