Buat kita yang masih duduk di bangku SMP atau SMA, jadi mak comblang pasti bukan hal yang asing. Apalagi saat salah satu sahabat kita lagi ditaksir cowok, pasti seenggaknya kita jadi ikut-ikutan memperlancar aksi PDKT si cowok ke sahabat.
Meski begitu, ada 6 hal terlarang yang enggak seharusnya kita lakukan saat ada cowok naksir sahabat kita. Apa saja hal tersebut? Yuk, simak artikel berikut.
(Baca juga: Kenapa Kita Ngerasain ‘Butterfly in My Stomach’ Saat Ketemu Gebetan? Ini Penjelasan Ilmiahnya)
Telalu melibatkan diri dalam hubungan mereka
Tugas kita sebagai mak comblang akhirnya membuahkan hasil dan teman kita jadian sama cowok yang lama ngincer dia. Haruskah kta terus melibatkan diri dalam hubungan mereka? No.
Karena udah membantu hubungan mereka sampai jadian, akhirnya kita berpikir kalau melibatkan diri dalam hubungan pacaran mereka adalah wajar. Kita jadi pengin tahu setiap detail hal yang mereka lakukan. Padahal apa yang kita lakukan ini justru bikin sahabat dan pacarnya jadi kesal dan gerah lho girls.
Saat mereka pacaran, hubungan itu udah menjadi privasi mereka, jadi kita enggak perlu banyak terlibat di dalamnya.
Mak comblang membutuhkan tanggung jawab penuh kita
Saat kita diminat jadi mak comblang, kita jadi cenderung terlalu memikirkan tanggung jawab tersebut, sampai-sampai harus menomorduakan urusan pribadi kita sendiri.
Enggak perlu sampai kelewat semangat jadi mak comblang dan melupakan urusan-urusan kita yang lain. Jadi mak comblang enggak harus sampai lupa belajar, ninggalin jadwal les, enggak ngerjain tugas sekolah, dll. Jangan sampai permintaan tolong jadi mak combalng malah bikin kita stres sendiri.
Mengubah teman kita supaya cocok sama cowok yang naksir
Sahabat kita enggak terlalu bisa dandan, akhirnya kita nge-makeover dia dengan tujuan supaya lebih menarik. Sebenarnya kita enggak perlu repot-repot melakukan makeover buat sahabat kita lho girls.
Skincare Lokal Avoskin Membuka Avoskin Sanctuary dalam Perayaan 10 Tahun Komitmen Green and Clean Beauty
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR