Saat mendengar kata-kata body positivity, apa sih yang ada dalam pikiran kalian? Badan bagus karena diet dan workout? Mengunggah foto oatmeal atau smoothies kita di akun media sosial sambil memberi #bodypositive?
Bukannya mencibir mereka yang memang melakukannya untuk alasan kesehatan, tapi kenyataannya, body positivity sering disalahartikan, lho, girls.
Yuk kenali mitos yang salah soal body positivity yang enggak perlu dipercaya dan kenali seperti apa body positivity yang sebenarnya.
(Baca juga: 5 Tipe Pasangan Saat Berpacaran. Kamu Termasuk yang Mana?)
Body positivity lebih dari tips diet, workout, dan self care
Seenggaknya, tema inilah yang diangkat dalam buku Louise Thompson berjudul Body Positivity. Di dalam buku tersebut Louise menyertakan banyak tips dan trik tentang workout, diet, dan tips self care lainnya.
Sayangnya, banyak yang enggak setuju dengan isi buku Louise ini, lho. Mereka beranggapan kalau Louise menyalahartikan konsep dari body positivity.
Kenyataannya, body positivity memang lebih dari sekadar self care, seperti resep diet dan workout habis-habisan untuk membentuk tubuh yang langsing sempurna.
Body positivity adalah tentang mengapresiasi diri kita sendiri (self-appreciation) dan bagaimana kita merayakan keberagaman bentuk tubuh setiap orang dan diri kita.
Berkebalikan dengan apa yang sering ditampilkan dalam televisi, media massa, atau pun internet dan media sosial lainnya.
(Baca juga: Menurut Gaya Pacaran, Ini Urutan Tipe Pasangan dari yang Paling Kuat Sampai Lemah)
Body positivity enggak seharusnya memicu kekhawatiran
Enggak bisa dipungkiri kalau media sosial seenggaknya punya pengaruh dalam membentuk pemahaman seseorang tentang body positivity hingga kehidupan yang sempurna.
Menelusuri hashtag #bodypositive dalam Instagram, enggak sedikit kita temukan foto-foto yang merupakan hasil photoshop di mana tubuh si pengunggah diedit sedemikian rupa supaya terlihat lebih langsing atau kulitnya yang dibikin putih bersih atau semakin eksotis.
Dari foto-foto yang bertebaran tersebut, akhirnya beberapa dari kita pun tersentil dan punya standar kesempurnaan tersendiri. Hingga meragukan kualitas diri kita.
Berkebalikan dengan jargon yang mereka sampaikan (#bodypositive), body positivity selayaknya enggak memicu kekhawatiran, enggak mengurangi self esteem, dan enggak meragukan kualitas diri kita sendirinya.
Body positivity adalah tentang menerima dan bangga terhadap apa yang ada dalam diri kita, mulai dari warna kulit, hingga bentuk tubuh yang kita miliki.
Dan tentu saja, body positivity memberi ruang bagi kita yang ingin berubah menjadi lebih baik. Tapi pastikan perubahan yang kita lakukan adalah karena kita menginginkannya, bukan karena sebuah keharusan dan tuntutan menjadi sempurna di mata orang lain.
(Baca juga: Bongkar Tipe Pacar Seperti Apa Kita, Berdasarkan Urutan Kelahiran)
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR