There is no honor in honor killing. #IWD2016 in today's New York Times. #GlobalCitizen #CHIMEFORCHANGE ?? pic.twitter.com/kDHzYFoLqy
— Hugh Evans (@Hughcevans) March 8, 2016
Menurut data dari globalcitizen.org, honor killing ini termasuk salah satu bentuk kekerasan paling nyata terhadap perempuan.
Menurut penelitian, ada empat kekerasan terhadap perempuan yang mengatasnamakan harga diri atau kehormatan, yaitu pernikahan paksa, kekerasan dalam rumah tangga atas nama kehormatan keluarga, sunat perempuan, dan honor killing.
Adapun alasan dari honor killing ini adalah keinginan untuk mempertahankan atau memperbaiki nama baik yang sudah terlanjur dicoreng. Hal ini ada kaitannya dengan norma sosial yang berlaku di daerah tersebut yang mengurangi nilai perempuan sebagai seorang manusia.
Sedihnya, tidak banyak yang menyesal sudah melakukan hal ini. Salah seorang pelaku yang membunuh kakaknya di Jerman karena dianggap terlalu kebarat-baratan merasa tindakannya benar. “Untuk apa dia dandan? Untuk menarik perhatian laki-laki?” begitu dia beralasan.
Dan, lingkungan juga malah mendukung hal ini. Contohnya ibu Paymen yang merasa tindakan anak laki-lakinya itu benar. Di beberapa komunitas, tindakan ini dipercaya sebagai symbol dari memebrsihkan dan memperbaiki citra yang sudah dirusak oleh prempuan.
Sehingga, selain yang tidak dilaporkan, tidak sedikit pelaku yang bebas karena tindakannya idak dinilai salah.
(Baca juga: belajar dari satu keluarga yang dibunuh, ini alasan pentingnya memiliki komunikasi yang bagus di keluarga)
Bentuk kekerasan terhadap perempuan
Mohammed Tofeeq holds his daughter at the grave of his wife who police say was killed in an honor killing. #Pakistan pic.twitter.com/lLXSmas735
— AP Images (@AP_Images) June 18, 2016
Dikutip dari time.com, honor killing sudah menjadi isu global karena melanggar human rights. Beberapa negara mulai memberlakukan hukuman yang berat terhadap para pelaku.
Seperti Turki yang memberikan hukuman seumur hidup bagi siapa saja yang terlibat dalam honor killing. Di 2009, pemerintah lokal Turki menghukum penjara seumur hidup satu keluarga karena membunuh anggota keluarga perempuan.
Menurut University of Cambridge, di Yordania, hukuman untuk honor killing juga sudah meningkat.
Sering terjadi di negara yang mayoritas muslim, tindakan ini sering dikaitkan dengan agama karena korbannya bisa berasal dari agama manapun. Honor Killing merupakan sebuah tradisi yang sayangnya, terus dipertahankan hingga sekarang.
Di 2012, Islamic Supreme Council of Canada mengatakan, “tidak ada pembenaran terhadap honor killing, kekerasan dalam rumah tangga, dan misogini dalam Islam. Ini adalah tindak kejahatan yang harus dihukum.”
Imam Zaid Shakir dari Zaytuna College menambahkan, “tindakan barbar ini sama sekali tidak berhubungan dengan hukum agama. Membunuh perempuan yang tidak bersalah hanya karena dia tidak mengikuti keinginan keluarga merupakan pembunuhan berdarah dingin dan tidak ada hubungannya dengan perintah agama.”
(Baca juga: 5 hak perempuan yang masih terabaikan begitu saja)
Navi Pillay, UN High Commissioner for Human Rights berkata, “Aku berharap tidak usah menggunakan frasa ‘honor killing’ karena tidak ada yang terhormat dari membunuh perempuan seperti ini.”
Hingga saat ini, honor killing masih jadi salah satu concern utama dalam permasalahan human rights, terutama untuk perempuan. Kita mungkin memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan, menikah atau tidak, menikah dengan siapa, dan mengekspresikan diri, tapi di belahan dunia lain, ada perempuan yang dibunuh karena melakukan hal ini.
Untuk lebih jelasnya soal honor killing, yuk simak film dokumenter di bawah ini.
(Baca juga: beratnya hidup perempuan di zaman modern yang masih harus menderita karena terlahir sebagai perempuan)
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR