Kamu berasal dari mana, girls? Apakah kamu masih bisa bicara dan mengerti bahasa daerahmu?
Ironisnya, ketika merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional di 21 Februari ini, ada 11 bahasa daerah asli Indonesia yang dinyatakan punah dan empat bahasa daerah yang dinyatakan kritis dan dua bahasa daerah mengalami kemunduran. Kok bisa ya?
(Baca juga: 11 kata-kata indah dalam Bahasa Indonesia yang belum kita ketahui)
Adapun bahasa yang sudah punah tersebut berasal dari Maluku, yaitu bahasa daerah Kajeli/Kayeli, Piru, Moksela, Palumata, Ternateno, Hukumina, Hoti, Serua, dan Nila, serta bahasa Papua yaitu Tandia dan Mawes.
Untuk bahasa yang dinyatakan kritis yaitu bahasa daerah Reta dari NTT, Saponi dari Papua, serta Ibo dan Meher dari Maluku.
"Ada juga 16 bahasa yang stabil tapi terancam punah dan ada 19 bahasa yang masuk dalam kategori aman," tutur Kepala Bidang Perlindungan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Jakarta Ganjar Harimansyah di aula kampus UNTAG Banyuwangi, Sabtu (10/2/2018).
Kaya Akan Bahasa
Saat ini, menurut Ganjar, hingga Oktober 2017 ada 652 bahasa yang telah diidentifikasi dan divalidasi dari 2.452 daerah pengamatan di wilayah Indonesia.
"Namun jika akumulasi persebaran bahasa daerah per provinsi, bahasa di Indonesia berjumlah 733 dan jumlahnya akan bertambah karena bahasa di Nusa Tengga Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat belum teridentifikasi," ungkap Ganjar.
Menurut dia, ada beberapa penyebab kepunahan bahasa antara lain penyusutan jumlah penutur, perang, bencana alam yang besar, kawin campur antarsuku, sikap bahasa penutur dan letak geografis. Dia mencontohkan bahasa-bahasa di Maluku yang jumlah penuturnya hanya 0,76 persen.
"Setiap tahun beberapa bahasa daerah yang ada di Indonesia terancam punah atau mengalami penurunan status. Unesco pada 2009 juga mencatat sekitar 2.500 bahasa di dunia termasuk lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia terncam punah. Sedangkan sebanyak 200 bahasa telah punah dalam 30 tahun terakhir dan 607 tidak aman," kata Ganjar.
(Baca juga: 20 kata-kata dalam bahasa Indonesia yang sering salah eja)
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR