Tantangan terbesar dalam mengembangkan Leloq
Meski telah berhasil mengembangkan produk lokal yang memiliki cita rasa modern dan mampu menarik minat konsumen, perjalanan Lia enggak selalu mulus.
Tantangan terbesar adalah menjaga kestabilan supply chain barang produksi Leloq. Alasannya, pembuatan tenun dan barang-barang kerajinan lain secara tradisional memerlukan waktu yang terbilang lama sehingga selama ini belum mampu memenuhi target produksi.
“Mau tak mau, dalam berkolaborasi dengan perajin lokal, kita harus bisa menempatkan perspektif secara proporsional.
Baca Juga : Bekraf Kirimkan 8 Peserta Indonesia ke Game Connection 2018 di Amerika. Ini 3 Infonya!
Meski ada tuntutan kuantitas produksi, kita juga harus bisa menghargai budaya setempat karena proses pembuatan barang kerajinan, seperti tenun misalnya, memerlukan suatu prosesi khusus yang diatur berdasarkan adat setempat,” jelasnya.
Kini, Lia mengaku masih berupaya mencari cara untuk menyiasati kendala dari segi produksi. Salah satunya adalah dengan menempatkan Leloq sebagai produk kreatif untuk segmen premium yang hanya bisa diproduksi dalam jumlah terbatas.
Di masa mendatang, ia berharap bisa mempertemukan permintaan pasar dengan kemampuan produksi, agar potensi Belu tetap bisa mendapat tempat di hati masyarakat luas. Keren!
Penulis | : | Debora Gracia |
Editor | : | Debora Gracia |
KOMENTAR