Pulau Jawa Termasuk Jakarta Berpotensi Gempa Besar? Begini Hasil Riset Para Ahli!

By Elizabeth Nada, Jumat, 11 Januari 2019 | 11:15 WIB
Indonesia rawan gempa bumi (foto : tribunnews)

Laju regangan yang besar yaitu di atas 1 mikrostrain per tahun ditemukan di Wongsorejo dan patahan Montong di Jawa Timur serta patahan Lasem di Jawa Tengah.

​"Laju regangan dan tekanan ini menunjukkan ada kawasan tektonik aktif. Dari hasil studi ini, kita perlu memberi perhatian lebih pada sesar di dekat kota besar padat penduduk seperti Semarang, Surabaya, dan terutama Jakarta," kata Endra seperti dikutip dari intisari.grid.id

Baca Juga : 7 Gaya Stunning Saat Kondangan ala Alia Bhatt, Aktris Bollywood Kece!

Gempa besar di Jakarta tahun 1780

Hasil riset terbaru ini seakan menegaskan dan menguatkan beberapa riset sebelumnya, lho!

Yup! pada tahun 2016 terdapat hasil riset dari A. Koulali dari Australian National University (ANU) tentang keberadaan jalur patahan di Pulau Jawa.

Fyi, dari catatan sejarah diketahui kalau Jakarta pernah diguncang gempa besar yang diperkirakan memiliki kekuatan sebesar 8,5 SR yang terjadi pada 22 Januari 1780. Guncangannya pun dirasakan hingga Jawa Barat dan Sumatera.

Sementara itu dari Kajian Nguyen dan tim dari ANU di tahun 2015, menyebutkan kalau kemungkinan gempa di Jakarta pada 1780 itu bersumber di sesar Baribis atau di lengan lempeng, karena luasnya dampak guncangan.

Baca Juga : Bukan Akhir Kehidupan, Letusan Gunung Agung Justru Awal dari Kehidupan Manusia!

Menurut Endra, gempa berkekuatan 8,5 SR paling tidak dipicu oleh patahan dengan panjang 350 km, padahal daerah rengangan yang ditemukan di selatan jakarta hanya meliputi 50 km atau setara dengan kemungkinan gempa sebesar 7,1 SR.

Dari data tersebut, terdapat dua kemungkinan yaitu, gempa di tahun 1780 enggak ada kaitannya dengan sesar Baribis. Kedua, sesar di selatan Jakarta berbeda dengan patahan Baribis tetapi merupakan patahan tersendiri seperti studi Marliyani (2016).

​"Dibutuhkan kajian lebih mendalam, terutama dengan memasang GPS lebih rapat, dan kombinasi kajian seismik dan observasi geologi. Melihat risikonya, ini seharusnya jadi prioritas ke depan," ungkap Endra kembali.