Cewekbanget.id - Girls, sebagai warga negara Indonesia, kita memang harus menyadari bahwa wilayah Indonesia secara geografis berada di antara pertemuan beberapa lempeng bumi dan berada di wilayah yang termasuk dalam cincin api Pasifik. Maka, enggak heran kalau Indonesia kerap kali diguncang gempa.
Kita pasti masih ingat gempa Talaud 7,1 SR yang terjadi menjelang tahun baru 2019 kemarin, tepatnya 29 Desember 2018. Kemudian setelah itu, gempa susulan mengguncang kepulauan Talaud di 1 Januari 2019 dengan kekuatan 5,7 SR.
Fyi, awal tahun 2019 ini Indonesia sudah diguncang beberapa gempa lainnya yaitu gempa di Tapanuli Utara (3,4 SR), gempa Halmahera Barat (6,5 SR), gempa Tasikmalaya (4,8 SR), dan gempa Sukabumi pada 8 Januari 2019 (5,4 SR).
Baca Juga : 5 Inspirasi Makeup Stunning ala Aurel Hermansyah Buat Kondangan!
Belum lama ini juga terdapat kajian ilmiah yang mengatakan adanya potensi gempa besar di pulau Jawa termasuk di Jakarta dan Bandung, lho! Kok bisa? Penasaran bagaimana penjelasannya? Yuk simak ulasannya, girls!
Kajian ilmiah tentang aktifnya jalur patahan di Pulau Jawa
Wajar kalau peristiwa gempa tersebut bikin kita menjadi khawatir dan lebih waspada. Sebaiknya pula, kita mencari dan mengetahui berbagai info tentang gempa bumi yang sangat mungkin terjadi setiap hari di Indonesia.
Salah satunya adalah membaca berbagai hasil riset yang perlu kita ketahui agar kita lebih paham dan mengerti akan potensi gempa di Indonesia. Seperti kajian ilmiah yang diterbitkan di jurnal ilmiah internasional belum lama ini.
Hasil kajian ilmiah tersebut menunjukkan aktifnya jalur patahan di Pulau Jawa, termasuk di dua daerah yang penduduknya padat yaitu, Jakarta dan utara Bandung.
Baca Juga : Terungkap! Ternyata Ini Hobi Enggak Lazim Dari Masing-Masing Zodiak!
Dua kajian ilmiah tersebut telah dipublikasikan di jurnal internasional yang berbeda pada Januari 2019 yaitu, pertama oleh Endra Gunawan dan Sri Widiyantoro di Journal of Geodynamics dan yang kedua, oleh Mudrik R. Daryono bersama Danny H. Natadwidjaja, Benjamin Sapiie, dan Phil Cummins di jurnal Tectonophysics.
Endra Gunawan, salah satu peneliti dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB (Institut Teknologi Bandung) pun memberikan pernyataan "Riset kami telah mengidentifikasi tektonik deformasi aktif di Jawa menggunakan data GPS (global posititioing system) menerus dari tahun 2008 sampai 2013. Kami menghitung strain rate (laju regangan)," ujarnya di Jakarta pada Minggu (6/1/2019) seperti dikutip dari intisari.grid.id.
Hasil Riset
Nah girls, pasti kita penasaran kan bagaimana hasil riset tersebut? Dari kajian itu, ditemukan secara umum terjadi laju regangan yang besar di Pulau Jawa, yaitu lebih dari 1 mikrostrain hingga 5 mikrostrain per tahun di kawasan yang mengalami perubahan (deformasi) setelah gempa tahun 2006.
Selain itu, dari kajian ilmiah tersebut terlihat adanya laju tekanan dilatasi zona patahan yang besar (< -3 mikrostrain per tahun) di sepanjang patahan Cimandiri dan Cipamingkis di Jawa Barat, patahan di selatan Jakarta, patahan Kendeng yang memanjang dari Semarang ke Jawa Timur hingga masuk ke Selat Madura.
Baca Juga : Lakukan 6 Cara Ini Agar Tetap Segar dan Terbebas dari Bau Matahari!
Laju regangan yang besar yaitu di atas 1 mikrostrain per tahun ditemukan di Wongsorejo dan patahan Montong di Jawa Timur serta patahan Lasem di Jawa Tengah.
"Laju regangan dan tekanan ini menunjukkan ada kawasan tektonik aktif. Dari hasil studi ini, kita perlu memberi perhatian lebih pada sesar di dekat kota besar padat penduduk seperti Semarang, Surabaya, dan terutama Jakarta," kata Endra seperti dikutip dari intisari.grid.id
Baca Juga : 7 Gaya Stunning Saat Kondangan ala Alia Bhatt, Aktris Bollywood Kece!
Gempa besar di Jakarta tahun 1780
Hasil riset terbaru ini seakan menegaskan dan menguatkan beberapa riset sebelumnya, lho!
Yup! pada tahun 2016 terdapat hasil riset dari A. Koulali dari Australian National University (ANU) tentang keberadaan jalur patahan di Pulau Jawa.
Fyi, dari catatan sejarah diketahui kalau Jakarta pernah diguncang gempa besar yang diperkirakan memiliki kekuatan sebesar 8,5 SR yang terjadi pada 22 Januari 1780. Guncangannya pun dirasakan hingga Jawa Barat dan Sumatera.
Sementara itu dari Kajian Nguyen dan tim dari ANU di tahun 2015, menyebutkan kalau kemungkinan gempa di Jakarta pada 1780 itu bersumber di sesar Baribis atau di lengan lempeng, karena luasnya dampak guncangan.
Baca Juga : Bukan Akhir Kehidupan, Letusan Gunung Agung Justru Awal dari Kehidupan Manusia!
Menurut Endra, gempa berkekuatan 8,5 SR paling tidak dipicu oleh patahan dengan panjang 350 km, padahal daerah rengangan yang ditemukan di selatan jakarta hanya meliputi 50 km atau setara dengan kemungkinan gempa sebesar 7,1 SR.
Dari data tersebut, terdapat dua kemungkinan yaitu, gempa di tahun 1780 enggak ada kaitannya dengan sesar Baribis. Kedua, sesar di selatan Jakarta berbeda dengan patahan Baribis tetapi merupakan patahan tersendiri seperti studi Marliyani (2016).
"Dibutuhkan kajian lebih mendalam, terutama dengan memasang GPS lebih rapat, dan kombinasi kajian seismik dan observasi geologi. Melihat risikonya, ini seharusnya jadi prioritas ke depan," ungkap Endra kembali.
Kajian lain tentang gempa Jakarta
Selain beberapa kajian ilmiah yang telah disebutkan diatas, ada juga kajian Arthur Wichman (1918) yang menyebutkan adanya gempa sangat kuat dirasakan di Jakarta pada 5 Januari 1699, sekitar pukul 01.30.
Gempa tersebut mengakibatkan robohnya banyak bangunan dan longsor besar di Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak, Jawa Barat.
Endra Gunawan juga menjelaskan bahwa jarangnya kejadian gempa di pulau Jawa, termasuk di Jakarta, dibandingkan peristiwa gempa di Sumatera, bisa diterjemahkan sebagai terjadinya pengumpulan energi. Semakin lama enggak terjadi gempa, maka potensi gempa ke depan bisa semakin besar.
Baca Juga : Putus dari Gigi Hadid, Zayn Malik Kode Bakal Kembali Gelar Konser?
Mengenal Sesar Lembang
Selain itu, menurut Mudrik R. Daryono, peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, bahwa hasil risetnya membuktikan adanya keaktifan sesar Lembang di utara Kota Bandung.
Kecepatan pergerakan sesar Lembang mencapai 1,95 – 3,45 milimeter per tahun, menurut kajian tersebut. Panjang patahan hingga 29 km membuat potensi gempa yang mungkin dihasilkan adalah 6,5-7 SR dengan waktu pengulangan sekitar 170-670 tahun.
Melalui pengujian, Mudrik menemukan bukti bahwa adanya minimal 3 gempa besar di jalur patahan ini. Yaitu abad ke-15, 2300 sebelum Masehi, dan 19.620 – 19.140 tahun yang lalu. "Tiga gempa besar di masa lalu ini hanya yang ketemu dari uji paritan secara manual. Perlu uji paritan lebih besar menggunakan mesin ekskavator dan pembelian lahan yang tentunya lebih mahal untuk mengetahui perulangan gempa lebih banyak lagi," jelas Mudrik.
Perlu upaya mitigasi dan antisipasi
Hasil kajian tersebut harusnya menjadi dasar untuk pentingnya melakukan upaya mitigasi untuk mengantisipasi ancaman ke depan.
"Dengan publikasi ini saya mengharapkan penelitian ikutannya tentang kemungkinan likuifaksi dan amplifikasi gempa serta dampak lainnya di kawasan Bandung dan sekitarnya," ungkap Mudrik.
Baca Juga : Begini Tips Fashion Ala Prilly Latuconsina Buat Cewek Bertubuh Mungil!
Artikel ini pernah tayang di Intisari Online dengan judul "Hati-hati! Hasil Riset Ahli Menunjukkan Ada Potensi Gempa Besar di Pulau Jawa Termasuk Jakarta"