Kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta.
Pertama, wilayah Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Selanjutnya, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust).
Ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya udah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang udah enggak aktif lagi untuk memicu gempa.
Baca Juga: Makin Bikin Pangling, Intip 6 Potret Menawan Putra Sulung Teddy Syah & Rina Gunawan, Aqshal Ilham!
Lebih lanjut BMKG juga menyampaikan, meskipun 'aman' dari bencana seperti gempa dan Tsunami, masyarakat yang tinggal di Pulau Kalimantan tetap harus mendapatkan pelatihan evakuasi.
"Namun demikian, untuk mengantisipasi terjadinya bencana khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan yang berhadapan dengan sumber gempa, maka perlu disusun strategi mitigasi bencana dengan menyiapkan tata ruang pantai agar masyarakat pesisir lebih aman."
"Selain itu, konsep evakuasi mandiri juga menjadi pilihan tepat dan efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman tsunami. Evakuasi mandiri dengan menjadikan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami dapat menjamin keselamatan masyarakat."
BMKG juga menekankan akan pentingnya edukasi evakuasi mandiri dan pelatihan evakuasi (drill) ini.
Edukasi evakuasi akan menjadi materi penting dalam kegiatan sosialisasi pada masyarakat dan juga dan stakeholder di wilayah pantai rawan tsunami, oleh berbagai Lembaga terkait, seperti BNPB, BPBD, BMKG, dan sebagainya.
BMKG juga meminta masyarakat yang ditinggal di zona sesar aktif dan di kawasan pesisir untuk benar-benar memahami bagaimana cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami.
Di postingan yang lain, BMKG menginformasikan kalau akan ada penambahan jumlah pemasangan seismograf di seluruh Indonesia enggak terkecuali di Pulau Kalimantan.