5 Film Indonesia Tentang Perempuan untuk Merayakan Hari Kartini!

By Salsabila Putri Pertiwi, Selasa, 21 April 2020 | 11:40 WIB
Film Kartini (foto: thejakartapost.com)

Athirah (2016)

Film ‘Athirah’

'Athirah' adalah film tentang Hj. Athirah Kalla, ibu dari mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, yang diadaptasi dari novel semi-biografi berjudul serupa karya Alberthiene Endah.

Film karya Riri Riza ini berkisah tentang Athirah yang berusaha mempertahankan keutuhan keluarganya saat suaminya menikah lagi dengan perempuan lain.

Budaya masyarakat yang memungkinkan tindakan suami Athirah dan enggak adanya ruang bagi perempuan untuk menolak hal tersebut pun semakin menyulitkan kondisi Athirah.

Di sisi lain, Jusuf Kalla dengan nama panggilan kecil Ucu sebagai anak laki-laki tertua pun bingung mesti berpihak kepada ibunya yang baik hati dan sabar, atau kepada ayah yang sosoknya ia kagumi.

Sokola Rimba (2013)

Film ‘Sokola Rimba’

Film 'Sokola Rimba' diangkat dari kisah nyata Butet Manurung saat mendirikan sekolah di pedalaman Jambi untuk anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam, atau dikenal pula sebagai Orang Rimba.

Dalam film ini, sosok Butet yang diperankan oleh Prisia Nasution mengawali kisah saat terserang demam malaria di tengah hutan dan diselamatkan oleh Nyungsang Bungo, seorang anak Orang Rimba dari Hilir Sungai Makekal di hutan Bukit Duo Belas, Jambi.

Bungo yang datang jauh ke tempat Butet di Hulu Sungai Makekal sudah lama mengintip kegiatan Butet mengajar baca-tulis, dan pengin meminta Butet untuk mengajarinya membaca sebuah surat perjanjian eksploitasi tanah adat mereka yang telah dicap jempol oleh kepala adat.

Meski sempat memperluas jangkauan ke bagian hilir dan ditolak karena masyarakat adat menganggap pendidikan dari luar suku akan membawa malapetaka, Butet yang sempat terpisah dari Bungo pun akhirnya bertemu kembali dengan muridnya itu saat ia sudah bisa membaca dan menolak eksploitasi hutan adat Suku Anak Dalam.

Dari film ini kita dapat belajar tentang kegigihan Butet dalam membuka akses pendidikan bagi orang-orang pedalaman agar enggak mudah dibodohi oleh orang-orang yang hendak menjajah hak mereka.

(*)