CewekBanget.ID - Selamat Hari Kartini, girls!
Di hari ini, kita merayakan ulang tahun sosok pahlawan perempuan Indonesia R. A. Kartini yang begitu menginspirasi dalam perjuangannya menyetarakan hak-hak perempuan di Indonesia.
Nah, dalam rangka merayakan Hari Kartini, kita bisa mengisi waktu senggang dengan menonton 5 film Indonesia yang bercerita tentang berbagai bentuk perjuangan perempuan, lho!
Baca Juga: 5 Film Tentang Emansipasi Perempuan yang Bisa Kita Tonton di Hari Kartini. Keren Semua!
Kartini (2017)
Tentunya film rekomendasi pertama adalah biografi tentang sosok perempuan pahlawan Indonesia, R. A. Kartini yang sedang kita rayakan hari ulang tahunnya.
Film karya sutradara Hanung Bramantyo ini bercerita tentang Kartini (Dian Sastrowardoyo) yang bertekad mengangkat derajat perempuan setelah melihat ibunya, Ngasirah (Christine Hakim) diperlakukan enggak adil di rumahnya sendiri hanya karena ia enggak memiliki darah ningrat.
Hingga akhir hayatnya, Kartini bersama kedua adiknya, Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita) memperjuangkan hak-hak perempuan dari segala kalangan, terutama untuk hak menempuh pendidikan karena di zaman itu perempuan enggak boleh bersekolah seperti halnya laki-laki.
Mereka bertiga pun mendirikan sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jepara, Jawa Tengah, salah satunya dengan mengembangkan seni ukir yang menjadi ikon Jepara hingga saat ini.
Baca Juga: 5 Quotes Inspiratif Ibu Kartini yang Bikin Kita Makin Semangat Jadi Cewek Keren!
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film yang disutradarai Mouly Surya ini keren banget karena berhasil menembus berbagai festival internasional, salah satunya Festival Film Cannes 2017.
Tayang perdana pada 16 November 2017, 'Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak' menampilkan kisah Marlina (Marsha Timothy), seorang perempuan asal Sumba, Nusa Tenggara Timur dalam 4 babak, yaitu 'Perampokan,' 'Perjalanan,' 'Pengakuan,' dan 'Kelahiran.'
Marlina dirampok dan diperkosa di rumahnya enggak lama setelah suaminya meninggal dunia, kemudian membunuh seluruh bandit yang menjarah rumahnya, juga memenggal kepala laki-laki yang memerkosanya, dan mengakhiri babak pertama dari seluruh kisahnya.
Mouly Surya pun menunjukkan perjalanan hidup perempuan etnis dari kelas miskin, enggak berpendidikan, dan tinggal di daerah terpencil yang memperjuangkan hak dan keadilan bagi dirinya, walaupun berakhir enggak memuaskan seperti kenyataan yang masih terjadi sampai sekarang.
3 Srikandi (2016)
Film biopik '3 Srikandi' merupakan karya Iman Brotoseno dan bercerita tentang 3 atlet panahan asal Indonesia yang berhasil meraih medali pertama di ajang Olimpiade Musim Panas 1988 di Seoul, Korea Selatan.
Ketiga atlet tersebut adalah Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan), dan Kusuma (Tara Basro), yang dilatih keras oleh Donald Pandiangan (Reza Rahardian), sang 'Robin Hood Indonesia.'
Kendati sempat menghadapi berbagai masalah dan kendala hingga terancam enggak akan diberangkatkan sama sekali, akhirnya tim panahan putri Indonesia ini berhasil menorehkan prestasi di Seoul.
Baca Juga: Rayakan Hari Kartini, Yuk Tampil Menawan dengan Kebaya Putih Ala 5 Seleb Indonesia!
Athirah (2016)
'Athirah' adalah film tentang Hj. Athirah Kalla, ibu dari mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, yang diadaptasi dari novel semi-biografi berjudul serupa karya Alberthiene Endah.
Film karya Riri Riza ini berkisah tentang Athirah yang berusaha mempertahankan keutuhan keluarganya saat suaminya menikah lagi dengan perempuan lain.
Budaya masyarakat yang memungkinkan tindakan suami Athirah dan enggak adanya ruang bagi perempuan untuk menolak hal tersebut pun semakin menyulitkan kondisi Athirah.
Di sisi lain, Jusuf Kalla dengan nama panggilan kecil Ucu sebagai anak laki-laki tertua pun bingung mesti berpihak kepada ibunya yang baik hati dan sabar, atau kepada ayah yang sosoknya ia kagumi.
Sokola Rimba (2013)
Film 'Sokola Rimba' diangkat dari kisah nyata Butet Manurung saat mendirikan sekolah di pedalaman Jambi untuk anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam, atau dikenal pula sebagai Orang Rimba.
Dalam film ini, sosok Butet yang diperankan oleh Prisia Nasution mengawali kisah saat terserang demam malaria di tengah hutan dan diselamatkan oleh Nyungsang Bungo, seorang anak Orang Rimba dari Hilir Sungai Makekal di hutan Bukit Duo Belas, Jambi.
Bungo yang datang jauh ke tempat Butet di Hulu Sungai Makekal sudah lama mengintip kegiatan Butet mengajar baca-tulis, dan pengin meminta Butet untuk mengajarinya membaca sebuah surat perjanjian eksploitasi tanah adat mereka yang telah dicap jempol oleh kepala adat.
Meski sempat memperluas jangkauan ke bagian hilir dan ditolak karena masyarakat adat menganggap pendidikan dari luar suku akan membawa malapetaka, Butet yang sempat terpisah dari Bungo pun akhirnya bertemu kembali dengan muridnya itu saat ia sudah bisa membaca dan menolak eksploitasi hutan adat Suku Anak Dalam.
Dari film ini kita dapat belajar tentang kegigihan Butet dalam membuka akses pendidikan bagi orang-orang pedalaman agar enggak mudah dibodohi oleh orang-orang yang hendak menjajah hak mereka.
(*)