3. 'Gambaran' di media sosial jadi sebuah patokan
Berkaitan dengan dampak negatif yang sebelumnya, stalking berlebihan memang kerap membuat kita menganggap apa yang ada di media sosialnya sebagai patokan.
Memang sih kita jadi tahu hal-hal tentang si doi, tapi bukan berarti 'gambaran' di media sosial jadi patokan karena nyatanya banyak hal yang enggak bisa diungkap lewat media sosial.
Jadi sebaiknya, kita tetap menggunakan logika kita supaya enggak terjebak dalam situai emosi yang buruk saat stalking berlebihan.
Yup! walaupun kita dapat 'gambaran' atau informasi dari media sosial, tetap aja ngobrol dan bertemu langsung untuk semakin mengenal sosoknya jadi cara terbaik.
Perasaan nyambung dan jatuh cinta akan terjadi lebih natural ketika kita bertemu dan komunikasi di dunia nyata. Percaya, deh! hehe.
Baca Juga : Jerawat Enggak Hilang dengan Skincare? Bisa Jadi Itu Jerawat Jamur!
4. Munculnya efek domino
Terakhir, muncul efek domino. Kok bisa?
Efek domino yang dimaksud adalah karena terlalu seru stalking, kita enggak hanya kepoin akun si doi, kita bahkan sampai kepoin siapa saja yang dia follow, siapa aja yang ada di dalam fotonya, si doi komentar di akun siapa aja. Duh!
Yup! Bisa dipastikan kegiatan stalking kita jadi enggak ada akhirnya dan semakin melebar.
Bahkan kita juga enggak segan-segan mem-follow beberapa akun yang di follow oleh si doi atau berhubungan dengannya.
Kita jadi sibuk deh dengan dunia maya sampai seakan enggak punya waktu buat dunia nyata.
Baca Juga: Persiapan SBMPTN 2020, Intip Daya Tampung Tiap Prodi UGM! (Part 1)
Nah, mulai sekarang sebaiknya stop stalking berlebihan kalau enggak mau mengalami kerugian-kerugian di atas, ya!
(*)