Studi tentang Jaga Jarak Saat COVID-19
Menurut studi yang dilakukan para peneliti di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, faktor-faktor tersebut dikaitkan dengan tingginya angka positif COVID-19 yang terjadi saat ini.
Sementara, penerapan jaga jarak sosial atau fisik (physical distancing) yang sangat rendah, kemungkinan juga menjadi penyebabnya.
Seperti dikutip dari Science Daily oleh Kompas.com pada Selasa (15/9/2020), peneliti menganalisis dengan dari data survei yang diambil secara acak terhadap lebih dari 1.000 orang di negara bagian Maryland pada akhir Juni.
Baca Juga: Awas Keliru, Ini 6 Mitos dan Fakta Soal Penularan Virus Corona!
Survei tersebut menanyakan tentang penerapan jaga jarak fisik, penggunaan transportasi umum, riwayat infeksi virus corona SARS-CoV-2, dan berbagai perilaku lain yang relevan terkait COVID-19.
Salah satu yang ditemukan menurut laporan peneliti yakni penggunaan transportasi umum yang relatif sering, empat kali lebih mungkin terjadinya penularan infeksi virus corona terjadi.
Sementara mereka yang melaporkan penerapan jarak sosial luar ruangan yang ketat, menunjukkan kemungkinan infeksi COVID-19 hanya sekitar sepersepuluh.
Studi ini diyakini sebagai evaluasi skala besar pertama dari perilaku terkait COVID-19 yang didasarkan pada data survei tingkat individu.
Jaga Jarak Efektif Tekan Infeksi COVID-19
Hasil studi ini telah dipublikasikan secara online pada 2 September 2020 di Clinical Infections Diseases.
Temuan itu mendukung gagasan bahwa jika kita harus pergi keluar, maka penerapan jarak sosial atau fisik harus dilakukan dengan sejauh mungkin.
Pasalnya, besar kemungkinan peluang terinfeksi SARS-CoV-2 akan jauh lebih rendah dengan menerapkan jaga jarak secara ketat.