Studi: Jaga Jarak Diperketat, Infeksi COVID-19 Dapat Lebih Rendah!

By Salsabila Putri Pertiwi, Rabu, 16 September 2020 | 15:10 WIB
Cara Jepang #hadapicorona (Foto: AFP)

CewekBanget.ID - Angka penularan COVID-19 di dunia terus meningkat seiring kembalinya aktivitas masyarakat seperti semula, seperti penggunaan alat transportasi umum, dibukanya fasilitas publik, kunjungan tempat ibadah, dan banyaknya perjalanan ke luar kota yang mulai dilakukan masyarakat.

Parahnya, sejumlah kota di Indonesia justru melaporkan kasus penularan COVID-19 banyak berasal dari restoran atau tempat makan.

Studi pun dilakukan untuk melihat efektivitas pembatasan jarak yang diperketat terhadap tingkat infeksi COVID-19.

Baca Juga: Kenali Kondisi yang Bikin Orang Muda Rentan Terinfeksi COVID-19!

Studi tentang Jaga Jarak Saat COVID-19

Menurut studi yang dilakukan para peneliti di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, faktor-faktor tersebut dikaitkan dengan tingginya angka positif COVID-19 yang terjadi saat ini. 

Sementara, penerapan jaga jarak sosial atau fisik (physical distancing) yang sangat rendah, kemungkinan juga menjadi penyebabnya.

Seperti dikutip dari Science Daily oleh Kompas.com pada Selasa (15/9/2020), peneliti menganalisis dengan dari data survei yang diambil secara acak terhadap lebih dari 1.000 orang di negara bagian Maryland pada akhir Juni.

Baca Juga: Awas Keliru, Ini 6 Mitos dan Fakta Soal Penularan Virus Corona!

Survei tersebut menanyakan tentang penerapan jaga jarak fisik, penggunaan transportasi umum, riwayat infeksi virus corona SARS-CoV-2, dan berbagai perilaku lain yang relevan terkait COVID-19.

Salah satu yang ditemukan menurut laporan peneliti yakni penggunaan transportasi umum yang relatif sering, empat kali lebih mungkin terjadinya penularan infeksi virus corona terjadi. 

Sementara mereka yang melaporkan penerapan jarak sosial luar ruangan yang ketat, menunjukkan kemungkinan infeksi COVID-19 hanya sekitar sepersepuluh.

Studi ini diyakini sebagai evaluasi skala besar pertama dari perilaku terkait COVID-19 yang didasarkan pada data survei tingkat individu.

Jaga Jarak Efektif Tekan Infeksi COVID-19

KRL Commuterline Jabodetabek diduga keras sebagai tempat penyebaran virus corona setelah 3 penumpang dinyatakan positif Covid-19.

Hasil studi ini telah dipublikasikan secara online pada 2 September 2020 di Clinical Infections Diseases.

Temuan itu mendukung gagasan bahwa jika kita harus pergi keluar, maka penerapan jarak sosial atau fisik harus dilakukan dengan sejauh mungkin.

Pasalnya, besar kemungkinan peluang terinfeksi SARS-CoV-2 akan jauh lebih rendah dengan menerapkan jaga jarak secara ketat.

Secara global angka infeksi virus corona saat ini, berdasarkan data Worldometer menunjukkan 29,4 juta orang atau hampir 30 juta orang di dunia dikonfirmasi positif COVID-19.

Sedangkan angka kematian COVID-19 juga terus meningkat dan kini mulai mendekati 1 juta kasus, dengan 932.802 kasus.

Sementara angka infeksi virus SARS-CoV-2 di Indonesia telah mencapai 221.523 kasus dengan 8.841 kasus kematian akibat virus corona baru tersebut.

Baca Juga: Satgas COVID-19 Siapkan Masker 5 Lapis untuk Masyarakat Hadapi Corona!

Analisis data riwayat infeksi COVID-19 Saat mempertimbangkan dan menganalisis semua variabel dalam survei tersebut, para peneliti menemukan bahwa sebagian besar orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di tempat umum sangat mungkin memiliki riwayat infeksi SARS-CoV-2.

Riwayat infeksi juga 16 kali lebih umum terjadi di antara orang-orang yang melaporkan pernah mengunjungi tempat ibadah, selama tiga kali atau lebih dalam sepekan, dibandingkan yang mengaku enggak mengunjungi tempat ibadah selama periode tersebut.

Survei tersebut enggak membedakan antara mengunjungi tempat ibadah untuk ibadah atau tujuan lain, seperti pertemuan, perkemahan musim panas, atau makan.

Sebaliknya, mereka yang melaporkan menerapkan physical distancing di luar ruangan selalu hanya sekitar 10 persen lebih mungkin memiliki riwayat infeksi COVID-19, dibandingkan mereka yang mengatakan enggak pernah mempraktikkan aturan tersebut. 

"Ketika kami menyesuaikan variabel lain seperti praktik jarak sosial, banyak asosiasi sederhana itu hilang, yang memberikan bukti bahwa manfaat jaga jarak adalah ukuran efektif untuk mengurangi penularan SARS-CoV-2," kata Steven Clipman, penulis lainnya dari studi ini, dikutip dari News Medical Life Sciences oleh Kompas.com.

Kendati demikian, para peneliti menyarankan bahwa studi seperti ini juga dapat menjadi alat yang berguna untuk memprediksi di mana dan di antara kelompok mana penyakit menular akan menyebar paling cepat.

Intinya, sesuai dengan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga, memakai masker, menjaga jarak dan membatasi perjalanan adalah upaya penting yang memang semestinya diterapkan untuk mengurangi penularan COVID-19.

(*)