Waspada, Ini 8 Tanda Kita Korban Kekerasan Emosional dalam Hubungan!

By Salsabila Putri Pertiwi, Rabu, 14 Oktober 2020 | 12:31 WIB
Toxic relationship. (Foto: Telegraph)

CewekBanget.ID - Enggak seperti kekerasan fisik, kekerasan emosional seringkali enggak disadari dan sulit dikenali, baik oleh teman, keluarga, maupun korban sendiri.

Makanya, kita harus mengenali tanda-tanda seseorang atau malah diri kita sendiri sudah menjadi korban kekerasan emosional dalam pacaran atau hubungan lainnya.

Kita juga mesti ingat bahwa keterlambatan menyadari tanda-tanda kita menjadi korban bukan salah kita, jadi jangan menyalahkan diri sendiri, ya.

Baca Juga: 5 Tanda Kita dan Pacar yang Sekarang Enggak Berjodoh. Mending Putus?

Kekerasan Emosional

Drama 'More Than Friends'

Memang, kekerasan emosional berbeda dari kekerasan fisik yang bisa tampak jelas buktinya di depan mata.

Kekerasan emosional cenderung lebih sulit dikenali, bahkan oleh korbannya sendiri.

Pada awalnya, seseorang yang suka melecehkan pasangannya secara emosional mungkin tampak penuh kasih sayang dan begitu perhatian karena hal itu merupakan bagian dari proses untuk memenangkan hati korbannya.

Namun, periode ini biasanya enggak berlangsung lama dan seiring berjalannya waktu, pelalu mulai menggunakan taktik pelecehannya, seperti menghina, mengkritik, gaslighting, menutup mulut, hingga menahan kasih sayang, untuk mendapatkan kekuasaan dan membangun kendali dalam hubungan.

Perilaku ini sering kali terjadi di belakang layar, secara bertahap melemahkan kepercayaan diri dan harga diri korban, sehingga korban lebih rentan terhadap kekerasan di masa depan.

Seiring berjalannya waktu, korban menjadi mudah dikendalikan pikirannya, seolah mereka hanya menunjukkan cangkang dari diri asli mereka dan menghabiskan seluruh waktu mereka untuk mencoba mencari cara bagaimana mencintai pasangannya atau pelaku dengan lebih baik, yang sayangnya enggak pernah berhasil.

Ada beberapa tanda yang bisa kita identifikasi sebagai bentuk atau dampak kekerasan emosional.

Sering Disakiti atau Dipermalukan di Depan Publik

Suatu hari, pacar mungkin mencoba memberikan komentar kasar atau kritis sebagai lelucon, lalu menuduh kita terlalu sensitif ketika kita mengatakan komentar itu mengganggu kita.

Di sisi lain, kita mungkin tertawa bersama pacar dan bertingkah seolah itu bukan masalah besar, meskipun itu menyakiti hatinya.

Sekalipun komentar ini seharusnya dikatakan dengan cara yang lucu, merendahkan seseorang, terutama jika dilakukan di depan orang lain, adalah hal yang enggak sopan dan merupakan ekspresi permusuhan.

Insecure

Drama 'Do You Like Brahms?'

Mungkin dulunya kita adalah seseorang yang cukup percaya diri, tetapi belakangan ini baik disadari maupun enggak, kita banyak melontarkan komentar yang meremehkan diri sendiri.

Itu bisa jadi menunjukkan bahwa diri kita sedang dilecehkan secara emosional oleh pacar yang sangat kritis terhadap kita.

Mungkin ia juga terus-menerus menyalahkan kita, atau memiliki ekspektasi yang enggak masuk akal terhadap diri kita sebagai pasangan.

Dampaknya, kita mungkin mulai meragukan kemampuan dan penilaian atas diri kita sendiri.

Kini kita juga mungkin kesulitan membuat keputusan sederhana sendiri karena takut diremehkan atau disalahkan oleh pacar.

Menyalahkan Diri Sendiri dan Selalu Meminta Maaf

Kita menjadi sering sekali meminta maaf kepada siapapun untuk hal-hal yang sebetulnya enggak perlu.

Misalnya saat melakukan kesalahan kecil atau hal-hal yang bukan kesalahan kita.

Kita seolah telah dikondisikan untuk disalahkan dan disalahkan untuk setiap hal kecil.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Bikin Cewek Susah Menjomblo. Pernah Mengalami?

Enggak Pengin Membicarakan Soal Hubungan

Mungkin kita cenderung jarang menyebut pasangan atau bahkan mengubah topik pembicaraan ketika seseorang menanyakan kabar dalam hubungan kita.

Bisa jadi itu adalah sinyal bahwa kita sebetulnya menghindari masalah karena suatu alasan.

Bisa jadi itu karena kita merasa malu dan meyakini bahwa jika kita enggak membicarakannya, enggak akan ada yang mengetahuinya.

Pacar Terus-Menerus Menanyakan Kabar

Drama 'Tale of The Nine Tailed'

Normal bagi pasangan untuk menanyakan jadwal atau rencana mereka untuk hari itu.

Tetapi, pasangan yang sepanjang waktu menelepon atau mengirim pesan pengin tahu kita di mana dan sedang bersama siapa, itu sama dengan mengendalikan dan posesif alih-alih bentuk kepedulian.

Pada akhirnya, kita mungkin jadi sering terburu-buru pulang, misalnya, ketika kita sedang bersama sahabat.

Selain itu, baik disadari maupun enggak, kita pun kerap membuat alasan hanya untuk segera pulang.

Dalam kasus yang ekstrem, bisa saja sang pacar menanyakan temanmu atau restoran yang kamu datangi hanya untuk memastikan apakah kita sudah benar-benar pulang.

Ketahuilah bahwa pelaku pelecehan emosional sering kali berusaha mengisolasi korbannya dari teman-teman dan keluarganya, dengan cara itu enggak ada yang bisa menjadi saksi atas perilaku kasar atau memberikan dukungan yang dibutuhkan mereka untuk mengakhiri hubungan.

Suasana Hati Berubah Ketika Dihubungi Doi

Sikap kita mungkin menjadi lebih tegang atau terlalu tertutup.

Suasana hati kita menjadi berubah ketika doi menelepon atau mengirim pesan.

Bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara kita biasanya akan berubah setelah pelaku menghubungi.

Baca Juga: 5 Tanda Gebetan yang Serius Pengin Pacaran Sama Kita. Si Dia Gimana?

Pacar Bebas Mengakses Berbagai Akun Pribadi Kita

Seseorang yang melakukan kekerasan emosional enggak hanya mengetahui sandi e-mail, perbankan online, atau media sosial pasangannya, tetapi juga menggunakan sandi yang diketahuinya untuk masuk ke situs atau aplikasi tertentu sebagai cara untuk mengawasi.

Pelaku mungkin membenarkan tindakan-tindakan itu dengan mengklaim bahwa inilah cara mereka membangun kepercayaan dalam hubungan

Ini bisa menjadi masalah karena pasangannya enggak diizinkan memiliki privasi dalam hubungan dan itu mengaburkan batasan emosional.

Mengabaikan Saran dan Kepedulian Orang-Orang Sekitar

Meski kita ditunjukkan bukti yang jelas bahwa ada sesuatu yang salah dalam hubungan, kita sebagai korban pada awalnya akan mencoba untuk mengalihkan perhatian dari kebenaran yang terungkap.

Bagi anggota keluarga atau teman, sangat penting agar kita enggak percaya begitu saja dengan kebohongan yang diceritakan oleh korban atau pelaku.  

Kalau kita menemukan tanda-tanda tersebut pada diri kita yang sedang berpacaran, sebaiknya kita segera menjaga jarak atau meminta bantuan, ya.

(*)