Stres Bikin Kita Gampang Sakit? Begini Penjelasan Ilmiahnya!

By Salsabila Putri Pertiwi, Jumat, 4 Desember 2020 | 18:41 WIB
stres (huffingtonpost.com)

CewekBanget.ID - Enggak sedikit dari kita yang jatuh sakit karena stres yang dialami.

Memang kita enggak bisa menampik dampak nyata stres pada kondisi fisik kita.

Sudah banyak juga riset ilmiah yang membuktikan dampak stres pada kondisi fisik kita.

Ada sejumlah penjelasan mengenai kondisi ini.

Baca Juga: Wajah Jadi Kusam Saat Menstruasi? Lakukan 5 Hal Ini Buat Mengatasinya!

Dampak Stres Terhadap Kesehatan

Dilansir dari Cleveland Clinic, stres bisa memicu berbagai masalah kesehatan, seperti kegelisahan, pola tidur yang buruk, mudah marah, sulit fokus, hingga pola makan buruk. 

Di sisi lain, stres bisa membantu kita tetap waspada.

Mengalami kecemasan dan kekhawatiran dalam tingkat wajar bisa membantu kita menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Teh Chamomile & 3 Teh Herbal Lain yang Bisa Redakan Stres. Kekinian!

Terlebih lagi, memikirkan situasi yang membuat stres juga dapat membantu kita menemukan solusi untuk masalah tersebut.

Menghambat Aktivitas

Ilustrasi sakit kepala

Akan tetapi, stres bisa menyebabkan masalah ketika memengaruhi kemampuan kita untuk beraktivitas.

Stres seringkali membuat kita susah tidur dan membuat kita mengalihkannya dengan makan berlebihan atau alkohol, hal itu dapat berdampak negatif pada kesehatan.

Selain itu, stres sjuga bisa menimbulkan masalah pada kesehatan kita, akibatnya kita menjadi rentan jatuh sakit.

Penyebab Stres Bikin Gampang Sakit

Selama stres, sistem saraf parasimpatik tubuh aktif.

Hal ini akan memicu respon 'fight or flight', yang membantu tubuh bersiap untuk bertahan atau melarikan diri dari ancaman.

Saat respon tersebut terjadi, kita bisa mengalami denyut jantung meningkat, napas cepat, sesak napas, pusing, sakit kepala, mual, dan otot menegang.

Baca Juga: Hilangkan Stres Cuma dalam 5 Menit Berkat 5 Cara Instan Ini!

Semua respon fisik tersebut terjadi karena adanya pelepasan kortisol, hormon yang memberi sinyal pada tubuh untuk melepaskan glukosa, sejenis gula yang memberikan energi ke otot.

Otot membutuhkan glukosa saat menghadapi pemicu stres.

Kortisol juga menghambat produksi insulin dan mempersempit arteri.

Saat penyebab stres berlalu, kadar kortisol biasanya kembali normal, dan tubuh akan pulih dari efeknya.

Tapi saat terjadi stres kronis, kadar kortisol tetap tinggi.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan masalah pencernaan kronis seperti sindrom iritasi usus besar.

(*)