Marak Penularan COVID-19 Dari OTG, Yuk Cegah Dengan Cara Ini!

By Salsabila Putri Pertiwi, Rabu, 9 Desember 2020 | 20:23 WIB
Physical distancing (atalayar.com)

CewekBanget.ID - Belakangan ini, angka kasus positif COVID-19 meningkat di Indonesia.

Kebanyakan kasus penularan terjadi dari orang tanpa gejala (OTG) COVID-19.

Di tengah situasi seperti saat ini, kita memang harus ekstra waspada terhadap kemungkinan adanya OTG di sekitar kita demi mencegah terjadinya penularan.

Baca Juga: Lakukan Ini Jika Pernah Kontak dengan Orang Positif COVID-19! Jangan Panik!

Apa Itu OTG?

Cara Jepang #hadapicorona

Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang dikeluarkan pada pada 27 Maret 2020, OTG diartikan sebagai mereka yang enggak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 (kasus) tapi memiliki kontak erat.

Sementara itu kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung dalam radius 1 meter dengan PDP atau kasus konfirmasi COVID-19.

Kemudian dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), istilah OTG diubah menjadi menjadi kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).

Waspada OTG

Selama enggak dilakukan tes swab atau PCR, kita belum akan mengetahui apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau enggak, terlebih pada seseorang yang enggak mengembangkan gejala. 

Sehingga sangat disarankan untuk selalu memakai masker dan menjaga jarak agar dapat menghindari penularan, terutama dari OTG. 

Paparan virus corona tanpa gejala rupanya dialami oleh 25-45 persen kasus.

Selain itu, hasil analisis yang dilakukan Scripps Research terkait data publik infeksi tanpa gejala atau asimtomatik juga menunjukkan hal serupa.

Peneliti mengungkap bahwa OTG memainkan peran penting dalam penyebaran awal virus corona yang bertanggung jawab atas penyakit COVID-19.

Hasil analisis menunjukkan, persentase OTG mencapai 45 persen dari seluruh kasus COVID-19.

Temuan yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine ini menggarisbawahi pentingnya pengujian ekstensif dan kontak tracing demi mengurangi penyebaran.

Penyebaran virus secara 'diam-diam' ini membuat semuanya menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. 

Baca Juga: Kasus COVID-19 Naik di Korea, Sejumlah Artis Batalkan Konser Offline

Waktu Penularan Virus

Terkait penularan virus dari pasien positif ke orang lain, mayoritas pasien menularkan virus, atau disebut masa infeksius, dari hari kedua sebelum muncul gejala hingga hari ke-10 setelah bergejala.

Sementara untuk masa paling infeksius yang berpotensi paling tinggi menyebarkan infeksi diperkirakan pada hari 0 sampai hari kelima setelah gejala muncul.

Adapun penghitungan masa infeksius ini berlaku pada mayoritas pasien, bukan pada semua pasien COVID-19.

OTG dapat melepaskan virus dengan berbagai cara, termasuk meludah, batuk, bersin, berbicara, dan menyanyi.

Selain itu, infeksi dapat ditularkan melalui kontak langsung atau erat dengan orang lain atau dengan mencemari permukaan suatu benda dengan droplet pasien COVID-19.

Kontak erat di sini merupakan aktivitas berupa kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung dalam radius 1 meter dengan pasien berstatus dalam pemantauan (PDP) atau positif COVID-19, dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

Diketahui, mereka yang rentan menjadi OTG yakni petugas kesehatan, orang dalam satu ruangan, dan orang yang berpergian bersama.

WHO mengatakan, orang yang terinfeksi tanpa gejala lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus dibandingkan mereka yang mengalami gejala. 

Baca Juga: Pemerintah Ganti Istilah ODP, PDP dan OTG. Perhatikan Istilah Barunya Yuk!

Pencegahan

Kendati demikian, ada sejumlah cara yang dapat dilakukan agar enggak terinfeksi virus dari pasien OTG.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menganjurkan orang-orang untuk mengikuti jaga jarak atau mengurangi aktivitas di luar rumah.

Kemudian, selalu mencuci tangan menggunakan sabun desinfektan pada air mengalir atau menggunakan hand sanitizer atau cairan pembersih tangan.

Kita juga harus tetap menggunakan masker dan hindari menyentuh wajah, mata, dan mulut dengan tangan yang enggak bersih.

(*)