Ketika kita memakai masker, kita berusaha menarik udara dari baliknya, sementara masker memiliki ketahanan terhadap aliran udara.
Makanya, kita perlu berupaya lebih keras untuk menarik napas ketika mengenakan masker.
Strategi terbaik untuk bernapas lebih nyaman ketika memakai masker adalah menurunkan kecepatan bernapas.
Hal itu dilakukan untuk mengurangi resistensi terhadap masker, kemudian cobalah menarik napas dengan mengerucutkan bibir.
Mungkin kita sempat berpikir untuk menggunakan face shield sebagai pengganti masker, tapi sayangnya, face shield bukanlah pengganti masker.
Jika kita terinfeksi, masker seperti masker kain dapat membantu mengentikan penyebarannya ke orang lain dan membantu menahan sekresi pernapasan.
Namun, jika face shield adalah pilihan satu-satunya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan penggunaan face shield yang dapat menutupi area pinggir wajah dan bawah dagu.
Selain itu, pastikan tetap menjaga jarak dengan orang lain.
Mengalami Klaustrofobia
Mengenakan masker bisa menimbulkan rasa cemas bagi sebagian orang, bahkan memicu klaustrofobia atau ketakutan berada di ruang tertutup.
Ketika mengalami cemas, seseorang akan bernapas lebih cepat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam darah, dan jantung berdetak lebih cepat.
Sebetulnya ini hanyalah sistem alarm tubuh yang melakukan tugas evolusionernya.
.
Enggak ada bukti bahwa memakai kain penutup wajah akan memengaruhi kadar oksigen atau karbon dioksida dalam darah atau membahayakan paru-paru.
Selanjutnya, fokuslah pada pernapasan, yakni tarik napas dalam-dalam secara perlahan untuk membantu meredakan kecemasan.
Jika belum terbiasa mengenakan masker saat beraktivitas, berlatihlah sebanyak yang kita bisa.
Kecemasan dapat dikurangi secara signifikan dengan menghadapi rasa takut dan membiasakan diri sampai kita merasa lebih nyaman.
Baca Juga: Pakai 2 Masker Sekaligus Lebih Maksimal Cegah COVID-19? Ini Kata Ahli!