Enggak heran, hal itu memberikan banyak pengaruh soal penerbangan pada karya-karyanya, seperti pada film 'Castle in the Sky', 'Nausicaa', dan 'Porco Rosso'.
Cita-Cita Jadi Mangaka
Saat masih anak-anak, Miyazaki kecil bercita-cita ingin menjadi pembuat komik atau mangaka, pekerjaan yang banyak digandrungi di Jepang.
Ia pengin menjadi mangaka karena kesukaannya terhadap komik karya Osamu Tezuka.
Namun, saat ia kelas 3 SMA, gara-gara menonton film animasi Jepang pertama yang berwarna garapan sutradara Yabushita Taiji, 'Hakuja Den' (1958), Miyazaki beralih minat dari mangaka menjadi animator.
Bertolak belakang dengan karya-karya animasinya, buku-buku komik yang dibuatnya justru memuat adegan kekerasan, kebencian, kebodohan, perang, dan sebagainya.
Setelah lulus sekolah, ia bergabung dengan Toei Douga (Toei Animation) pada April 1963.
Bersama Isao Takahata dan Yoichi Otabe, Miyazaki meninggalkan Toei pada 1971 dan memilih bergabung dengan perusahaan A-Pro dan pada 1973, mereka bertiga bergabung dengan Zuiyo Pictures.
Saat itu, Miyazaki kerap mengalami pemindahan tempat kerja berkali-kali, kemudian ia menjadi Kepala Instruktur di perusahaan yang baru, Telecom, pada 1980.
Selain itu, film animasi 'Nausicaa' pun berasal dari komik yang dibuat Miyazaki, yang kemudian digarap dalam bentuk sinema bersama Takahata sebagai produser di perusahaan periklanan terbesar kedua di Jepang, Hakuhoudo, dan perusahaan film Tokuma.
Memang sudah kontradiksi antara buku komik yang dibuatnya dan film animasi, yang karyanya selalu dipenuhi dengan corak gembira dan optimistik.