Pandemi Covid-19 'Memaksa' Tenaga Kerja Jadi 'Pengangguran' Karena Hilangnya Jam Kerja!

By Tiara Harum Pramesti, Selasa, 26 Januari 2021 | 21:50 WIB
illustrasi pegawai (foto: nova.grid.id)

CewekBanget.ID - Bukan rahasia lagi kalau masa pandemi Covid-19 ini membuat banyak tenaga kerja kehilangan pekerjaan.

Sehingga ada banyak pengangguran yang jadi dampak dari pandemi Covid-19.

Tapi faktanya, 'pengangguran' yang muncul di tengah pandemi Covid-19 ini enggak hanya datang dari mereka yang benar-benar dipecat dari perusahaan.

Baca Juga: Cara Mengatasi Prokrastinasi Supaya Kesehatan Enggak Bermasalah!

Melainkan mereka yang sebenarnya masih bekerja, namun kesempatan bekerja (jam kerja) mereka hilang sehingga mereka juga memiliki label 'pengangguran.'

Hal ini diketahui berdasarkan data analisis terbaru dari International Labour Organization (ILO).

ILO mendata adanya kerusakan besar dalam jam dan pendapatan kerja. 

Prospek pemulihan pada 2021 berjalan lamban, tidak merata dan tidak pasti.

Pemulihan yang berpusat pada manusia dinilai menjadi kebijakan yang mestinya dikedepankan saat perbaikan awal. 

Jam kerja hilang dan munculnya pengangguran 

illustrasi kehilangan kerja

Berdasarkan pemantauan ILO, dampak besar pandemi yang dialami pasar tenaga kerja pada pantauan 2020 terletak pada jam kerja global yang hilang dan ketidakaktifan pekerja. 

Angka terakhir memperlihatkan bahwa 8,8% jam kerja global hilang selama keseluruhan setahun lalu, atau setara 255 juta pekerjaan penuh waktu. 

Diperkirakan empat kali lebih besar dibandingkan dengan angka yang hilang saat krisis keuangan global tahun 2009.

Baca Juga: Disiplin dengan 3 Kunci Utama Tangani COVID-19 yang Harus Kita Ketahui

Jam-jam kerja yang hilang ini dihitung melalui pengurangan jam kerja bagi mereka yang bekerja.

Atau tingkat kehilangan pekerjaan “yang tidak terduga” berdampak kepada 114 juta orang secara total. 

71 persen dari hilangnya pekerjaan ini (81 juta orang) datang dalam bentuk ketidakaktifan karena pekerjaannya terhalang pandemi dan bukan dalam bentuk pengangguran.

Perempuan lebih terdampak dibanding laki-laki

Illustrasi pekerja wanita

Secara global, kehilangan pekerjaan bagi perempuan mencapai 5% sedangkan laki-laki 3,9%. 

Secara khusus, perempuan jauh lebih rentan dibandingkan laki-laki untuk keluar dari pasar tenaga kerja dan menjadi tidak aktif.

8,7% kehilangan pekerjaan adalah kaum muda perempuan (15-24 tahun) lebih besar dibandingkan 3,7% perempuan dewasa.

Baca Juga: Merasa Kurang Dapat Apresiasi? Begini Cara Kita Menghibur Diri!

Hal ini disebabkan kaum perempuan muda terlempar dari angkatan kerja atau menunda untuk memasuki dunia kerja. 

Menggambarkan risiko yang nyata dari hilangnya sebuah generasi, terutama perempuan.

Sektor jasa akomodasi dan makanan kena dampak terburuk

illustrasi pabrik

Terjadi rata-rata penurunan pekerjaan lebih dari 20% pada sektor jasa akomodasi dan makanan, diikuti retail dan manufaktur.

Baca Juga: Google for Indonesia 2020: Fokus Bantu UMKM Hingga Pencari Kerja di Tengah Pandemi!

Untungnya masih ada sektor yang mengalami kenaikan, contohnya bidang informasi dan komunikasi serta keuangan dan asuransi.

Sektor lain yang meningkat yakni pertambangan, penggalian dan utilitas.

Skenario untuk masa depan

Illustrasi kegiatan kerja

Proyeksi terakhir untuk tahun 2021 memperlihatkan banyak negara masih mengalami pemulihan yang berjalan lambat. 

Pemantauan memaparkan tiga skenario untuk pemulihan: berdasarkan data dasar, pesimis dan optimis.

Berdasarkan data dasar, memproyeksikan kehilangan jam kerja secara global sebesar 3 persen pada 2021 (dihitung melalui perkiraan Dana Moneter Internasional pada Oktober 2020).

Baca Juga: 10 Pertanyaan Ini Bisa Kita Ajukan Saat Wawancara Kerja! Coba Deh!

Skenario pesimis, yang mengamsusikan kemajuan yang lamban dalam vaksinasi khususnya, berdampak penurunan jam kerja sebesar 4,6 %.

Skenario optimis memproyeksikan penurunan hanya 1,3% (tergantung pada pengontrolan pandemi dan kenaikan kepercayaan konsumen serta bisnis).

Dalam semua skenario ini, Amerika, Eropa dan Asia Tengah, akan mengalami kehilangan jam kerja sekitar dua kali lebih besar dibandingkan kawasan lainnya.

Rekomendasi kebijakan

Illustrasi presentasi

Rekomendasi kebijakan untuk pemulihan berdasarkan hasil pantauan diantaranya;

Kebijakan makroekonomi tetap akomodatif pada 2021 dan seterusnya, termasuk stimulus fiskal di mana memungkinkan dan perangkat untuk mendukung pendapatan dan mempromosikan investasi.

Langkah tersasar untuk menjangkau perempuan, kaum muda dan pekerja dengan keterampilan dan upah rendah serta kelompok lainnya yang paling terkena dampak.

Baca Juga: Mulai Sekarang Nasabah Bank Hana Bisa Dapat Asuransi dari Allianz Life Indonesia Lho

Dukungan internasional bagi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah – di mana memiliki sumber-sumber keuangan yang lebih terbatas untuk melaksanakan vaksin dan mempromosikan pemulihan ekonomi dan ketenagakerjaan.

Menfokuskan dukungan terhadap sektor-sektor yang paling terkena dampak seraya menciptakan pekerjaan untuk sektor yang berkembang cepat.

Pandemi memberi dampak bagi banyak sektor termasuk pasar kerja secara global. 

Gimana nih girls, sebagai anak muda, kita sadar enggak sudah jadi 'pengangguran' karena pandemi Covid-19 ini?

(*)