Fakta Tentang Parosmia yang Dilaporkan Jadi Gejala COVID-19!

By Salsabila Putri Pertiwi, Minggu, 7 Februari 2021 | 19:45 WIB
Cara menyembuhkan parosmia, gejala baru Covid-19. (forbes.com)

CewekBanget.ID - Gangguan penciuman parosmia adalah salah satu gejala COVID-19 baru yang dilaporkan sejumlah penderita.

Gejala ini dialami beberapa penderita long COVID, atau orang yang enggak kunjung sembuh dalam jangka waktu bisa sampai lebih dari 12 minggu (bisa sampai lebih dari 12 minggu) saat terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Selain itu, parosmia juga dirasakan sejumlah penyintas COVID-19 yang sudah sembuh.

Begini penjelasan lebih lanjut mengenai gejala parosmia!

Baca Juga: Cara Memulihkan Gangguan Penciuman Akibat COVID-19, Ampuh atau Enggak?

Parosmia

Parosmia adalah gangguan penciuman yang membuat penderitanya merasakan aroma yang enggak semestinya.

Misalnya aroma yang biasanya enggak mengganggu jadi bikin mual.

Untuk kasus parosmia yang parah, penderita bisa sampai merasa sakit secara fisik saat mencium bau yang menyengat atau punya aroma kuat.

Gejala Parosmia

Sebagian besar kasus parosmia terasa lebih jelas ketika seseorang baru sembuh dari infeksi.

Beberapa penderita long COVID dan orang yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 merasakan bau enggak sedap seperti amis ikan atau benda terbakar di tempat dengan bau normal.

Selain itu, gejala parosmia yang banyak dikeluhkan adalah bau busuk atau enggak sedap terus-menerus, terutama saat ada makanan.

Terkadang, aroma yang enggak enak ini membuat penderita jadi mual sampai kehilangan selera makan.

Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) dapat mengenali gejala parosmia dangan pemeriksaan fisik, tes bau, dan mengecek riwayat kesehatan pasien.

Baca Juga: Indera Penciuman Hilang karena Sakit? Gini 6 Cara Menyembuhkannya!

Penyebab Parosmia

Parosmia biasanya muncul setelah saraf pendeteksi bau rusak karena infeksi atau penyakit lainnya.

Dalam kondisi normal, saraf indra penciuman bertugas memberitahu otak untuk menafsirkan suatu informasi kimiawi pembentuk bau, sehingga kerusakan saraf membuat otak salah mengenali bau tertentu.

Beberapa penyebab parosmia antara lain infeksi virus dan bakteri, seperti virus corona.

Bisa juga karena cedera kepala, kebiasaan merokok, paparan bahan kimia, efek samping pengobatan kanker, penyakit alzheimer dan Parkinson, hingga tumor.

Baca Juga: Studi Baru: COVID-19 Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran Permanen!

Cara Mengatasi Parosmia

Parosmia yang disebabkan faktor lingkungan, efek samping pengobatan, atau merokok umumnya bisa disembuhkan dengan mengantisipasi penyebab utamanya.

Di beberapa kasus, cara mengatasi parosmia memperlukan tindakan operasi.

Dokter juga kerap merekomendasikan terapi dengan zinc, vitamin A, dan obat antibiotik untuk mempercepat penyembuhan.

Selain itu, penderita parosmia juga diarahkan untuk melatih indra penciuman seperti terapi untuk anosmia atau enggak bisa mencium bau, yang bisa dilakukan dengan mencium bau empat jenis aroma yang berbeda setiap pagi.

Dengan latihan mengenalkan beberapa bau yang berbeda tersebut, memori indera penciuman penderita kembali diasah.

Parosmia umumnya dapat sembuh sendiri seiring berjalannya waktu, tapi lamanya pemulihan masalah kesehatan ini tergantung penyebabnya.

Untuk parosmia yang disebabkan virus atau bakteri, indera penciuman umumnya akan kembali normal dalam waktu dua sampai tiga tahun.

(*)