CewekBanget.ID - Selama pandemi, berbagai kebiasaan dan aktivitas kita sehari-hari jadi makin terbatas akibat kita diimbau untuk meminimalisir kontak dengan orang lain.
Kita pun secara sadar atau enggak sadar membangun kebiasaan baru selama beraktivitas dari rumah.
Tapi coba cek lagi deh, jangan-jangan kebiasaan kita berikut ini justru berisiko membawa kita pada depresi!
Baca Juga: Teman Alami Depresi? Ini 4 Tips & Cara Sederhana Untuk Membantunya
Makan Makanan Instan
Hayo, siapa yang doyan ngemil keripik atau makanan instan lainnya?
Fyi, ternyata jenis makanan seperti ini justru rentan membuat mood kita turun, lho.
Sebaliknya, menu diet yang lebih sehat dapat mengurangi risiko depresi.
Yuk, ubah kebiasaan mengonsumsi makanan instan dan junk food dengan makan lebih banyak buah-buahan dan sayuran!
Multitasking Pakai Gadget
Biasanya kita mengerjakan segala sesuatu sekaligus dari berbagai gadget atau media yang ada di sekitar kita.
Misalnya, kita menyalakan televisi sambil scrolling media sosial, lalu menyalakan lagu di streaming platform dan mengerjakan tugas di laptop dalam satu waktu.
Duh, kedengarannya saja sudah hectic banget, girls!
Menurut para ahli, ini juga menggandakan waktu rata-rata yang kita habiskan untuk melakukan multitasking tersebut.
Dilansir dari The Healthy, survey tahun 2013 dengan 318 partisipan yang dipublikasikan di Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking mengungkapkan bahwa orang-orang yang dilaporkan melakukan multitasking media lebih sering mengalami gejala depresi dan kecemasan sosial.
Untuk mengatasinya, cobalah menghabiskan waktu hanya untuk memperhatikan satu layar dalam satu waktu, serta batasi paparan layar kita sehari-hari.
Menghabiskan Waktu Dengan Orang yang Negatif
Wah, kalau yang satu ini betul-betul mesti kita perhatikan lagi, deh.
Jangan-jangan selama ini kita dikelilingi orang-orang yang memancarkan energi negatif, misalnya teman-teman yang gemar bergosip atau anggota keluarga yang sedikit-sedikit hobinya nyinyir. Malas banget!
Secara langsung maupun enggak langsung, terus menerus berada di tengah lingkungan yang negatif juga dapat membuat kita merasa down dan merusak kondisi mental kita.
Makanya, yuk coba lebih dekat dengan orang-orang yang bisa membuat kita memandang segala hal dari berbagai sisi dan mempertimbangkan aspek positif dari macam-macam hal.
Tidur Larut Malam
Kurangi kebiasaan tidur setelah larut malam, ya.
Rupanya kebiasaan ini membuat kita lebih rentan berpikir negatif sepanjang hari dan kerap dikaitkan dengan gejala depresi.
Sebaliknya, orang yang tidur lebih awal lebih jarang mengalami pikiran negatif.
Kurang Terpapar Pemandangan Hijau
Terlalu sering mengurung diri di kamar juga dapat menimbulkan depresi.
Selain itu, kalau kita tinggal di daerah perkotaan yang minim ruang terbuka hijau, ternyata potensi untuk menghadapi depresi juga bertambah.
Yuk, sesekali luangkan waktu untuk berada di tengah ruang terbuka hijau, misalnya di taman kota atau bahkan di pekarangan rumah dengan berbagai tanaman rimbun di sekitar kita.
Atau lepaskan penat dengan mengunjungi tempat wisata alam terbuka, tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Baca Juga: Anti Depresi, Mengonsumsi 5 Makanan Ini Bisa Bikin Kita Bahagia!
Mager
Nah, ini dia kebiasaan yang rasanya sulit banget kita hentikan.
Stop menjalani kehidupan dengan malas bergerak atau mager, sebab hal ini dapat membuat kita mudah depresi pada akhirnya.
Tahu enggak, sih? Ketika kita aktif menggerakkan tubuh, otak kita melepaskan zat yang dapat membuat kita merasa lebih baik seperti endorfin dan endocannabinoids.
Dengan memiliki hal untuk dikerjakan dan aktif bergerak, kita akan memiliki tujuan untuk merasa baikan.
Selalu Menghabiskan Waktu Sendirian
Pandemi memang membatasi kita dengan orang lain secara fisik dan sosial, tapi bukan berarti membiarkan diri sendirian terus juga baik, lho.
Kebiasaan ini dapat sangat berdampak pada kondisi mental kita.
Dengan adanya teknologi seperti sekarang ini, tetaplah terhubung dengan sahabat atau orang-orang terdekat kita secara virtual agar kita enggak merasa kesepian dan berujung pada depresi.
(*)