CewekBanget.ID - Vaksin Covid-19 jenis baru AstraZeneca buatan Oxford telah tiba di Indonesia, Senin (8/3/2021).
Sejumlah lebih dari 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca tiba melalui skema COVAX dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kenali lebih jauh perbedaan vaksin baru AstraZeneca dan vaksin Sinovac yang lebih dulu digunakan di Indonesia yuk!
Karakteristik vaksin
Hadirnya vaksin AstraZeneca menjadikan ketersediaan vaksin di Indonesia bertambah menjadi dua macam.
Setelah sebelumnya vaksin Sinovac didistribusikan lebih dahulu pada masyarakat sejak awal 2021, kini pemerintah akan mulai distribusikan vaksin AstraZeneca.
Baca Juga: Timeline COVID-19 di Indonesia, dari Awal Kasus Terkonfirmasi Hingga Penyuntikan Vaksin Pertama
Seperti dikutip dari Kompas.com, tentunya kedua vakasin tersebut punya perbedaan.
Seperti apa karakteristik keduanya? simak fakta selengkapnya.
Teknologi pembuatan
Vaksin Sinovac dibuat dengan menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan.
Metode ini juga sering digunakan dalam pengembangan vaksin polio atau flu.
Tujuan penggunaan inactivated virus adalah memicu sistem kekebalan tubuh pada terhadap virus, tanpa menimbulkan respon penyakit serius.
Sedangkan vaksin AstraZeneca-Oxford adalah vaksin vektor adenovirus simpanse.
Artinya, vaksin ini diambil dari virus yang biasanya menginfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi secara genetik.
Modifikasi ini bertujuan menghindari kemungkinan konsekuensi munculnya penyakit pada manusia.
Baca Juga: Kuota Belajar Dihentikan Mei 2021, Sambut Gelombang Vaksin Guru dan Pengajar
Virus modifikasi AstraZeneca-Oxford ini membawa sebagian dari Covid-19 coronavirus yang disebut protein spike.
Ketika disuntikan dan masuk ke sel manusia, akan memicu kekebalan terhadap protein spike, sehingga hasilkan sel memori yang mampu mengenali virus penyebab Covid-19.
Tingkat keberhasilan (Efikasi)
Vaksin CoronaVac buatan Sinovac mempunyai efikasi sebesar 65,3% di Indonesia.
"Vaksin Sinovac yang diuji di Indonesia hasilnya per tanggal 9 Januari 2021 memiliki keamanan baik, imunogenesitas 99 persen, dan efikasi vaksin 65,3 persen,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil kepada Kompas.com.
Sementra data menyebutkan, di negara Turki Sinovac mencapai efikasi 91,25%.
Sedangkan hasil efikasi untuk vaksin AstraZeneca mencapai perlindungan 64,1% pada satu dosis standar.
Sementara untuk dua dosisi efikasinya mencapai 70,4%.
Baca Juga: Tahukah Kamu Kalau Cewek Ternyata Bisa Menjalani 6 Vaksin Ini!
Sdangkan jika konsumsi setengah dosis kemudian disusul satu dosis akan menghasilkan efikasi 90%.
Diperkirakan dalam 3 minggu hingga 12 minggu setelah penyuntikan pertama, AstraZeneca mampu mencegah sekitar 70% kasus penyakit serius.
Diberitakan Kompas.com, Senin (28/12/2020), kepala perusahaan di balik vaksin Oxford-AstraZeneca meyampaikan bahwa para peneliti yakin vaksin AstraZeneca yang dikembangkannya efektif melawan jenis virus baru B.1.17.
Proses penyimpanan vaksin
Vaksin CoronaVac harus disimpan pada suhu antara 2-8 derajat celcius, dengan umur ketahanan vaksin 3 tahun.
AstraZeneca dibuat tanpa melewati proses pembekuan pada suhu minus 70 derajat.
Sehingga memudahkan proses distribusi vaksin ke daerah-daerah sasaran, dan dapat bertahan 6 bulan lamanya.
Namun tetap, AstraZeneca harus disimpan pada suhu lemari es antara 2-8 derajat celcius.
Rentang usia penerima
Otoritas vaksinasi Jerman menegaskan, suntikan vaksin AstraZeneca hanya boleh diberikan kepada orang berusia di bawah 65 tahun.
Sedangkan prioritas usia penerima vaksin CoronaVac ada di kisaran 18-59 tahun.
Namun di Indonesia sendiri, Sinovac telah mendapat izin Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diberikan pada masyarakat dengan usia lansia mulai 60 tahun dan diatasnya.
Efek samping
Vaksin Sinovac meiliki gejala efek samping semacam pegal dan nyeri pada titik suntikan, dan sering juga rasa gatal serta kantuk dialami penerima vaksin.
Sedangkan untuk vaksin baru AstraZeneca memiliki gejala umum dan gejala jarang pada penerimanya.
Gejala umum dapat ditandai dengan gatal atau memar di area suntikan, rasa lelah, menggigil bahkan sakit kepala, mual, dan nyeri otot badan.
Baca Juga: Pertama di Dunia, Vaksin Nusantara Diproduksi dan Jadi Alternatif Pasien Kanker
Kemudian gejala yang ditemukan pada 1 banding 10 orang antara lain; bengkak hingga benjol di tempat suntikan, demam, muntah atau diare, radang tenggorokan, pilek hingga batuk.
Gejala paling jarang namun mungkin muncul diantaranya; napsu makan turun, sakit perut, kelenjar getah bening membesar, keringat berlebih, kulit gatal hingga ruam.
(*)