Vaksin Covid-19 yang dipelajari pada studi ini adalah vaksin mRNA yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech.
Pada umumnya, vaksin virus corona biasanya diberikan dalam dua dosis, dengan interval jarak 21 hari dari suntikan pertama, untuk memberikan perlindungan penuh terhadap virus corona SARS-CoV-2.
Para peneliti di Cedars-Sinai sangat merekomendasikan dosis kedua dari vaksin Pfizer mungkin enggak diperlukan penyintas Covid-19 yang berhasil sembuh dari infeksi penyakit ini.
Baca Juga: Sertifikat Vaksin COVID-19 Jangan Diunggah ke Media Sosial. Bahaya!
"Secara keseluruhan, individu yang telah pulih dari Covid-19 mengembangkan respons antibodi setelah satu dosis vaksin yang sebanding dengan yang terlihat setelah vaksinasi dua dosis yang diberikan kepada individu tanpa infeksi sebelumnya," kata Kimia Sobhani, Ph.D., direktur medis laboratorium inti klinis dan profesor Patologi dan Kedokteran Laboratorium di Cedars-Sinai.
Peneliti menambahkan tampaknya satu dosis penguat yang diberikan kepada orang yang sebelumnya terinfeksi menawarkan manfaat yang sama dengan dua dosis yang diberikan kepada orang yang belum terinfeksi.
Dalam studi ini, para peneliti melakukan survei kepada 1.090 tenaga kesehatan di Cedars-Sinai Health System yang telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech.
Survei kepada penyintas Covid-19 dari kalangan tenaga medis ini, terkait infeksi virus corona sebelumnya dan gejala apa pun yang mungkin mereka alami setelah memperoleh suntikan dosis vaksin Pfizer.
Selanjutnya, tenaga kesehatan penyintas Covid-19 melakukan tes antibodi untuk mengukur respons sistem kekebalan mereka terhadap vaksinasi.
Kadar antibodi diukur pada tiga titik waktu, yakni sebelum atau hingga tiga hari setelah dosis pertama, dalam tujuh hingga 21 hari setelah dosis pertama, dan dalam tujuh hingga 21 hari setelah dosis kedua.
Tim peneliti, dari survei itu telah mengidentifikasi 35 orang dengan infeksi virus corona sebelumnya yang telah menerima satu dosis vaksin dan 228 orang tanpa infeksi sebelumnya yang telah menerima kedua dosis vaksin tersebut.
Berdasarkan tes antibodi, tim menemukan bahwa tingkat dan respons antibodi spesifik virus corona serupa pada kedua kelompok ini.