Menstruasi Berlangsung Sangat Singkat, Kok Bisa? Ini Penyebabnya!

By Salsabila Putri Pertiwi, Senin, 19 April 2021 | 08:20 WIB
Menstruasi (shape.com.sg)

CewekBanget.ID - Periode menstruasi setiap orang tentu berbeda-beda.

Ada di antara kita yang mengalami menstruasi dalam jangka waktu lama, sehingga aktivitas kita cenderung terhambat; apa lagi kalau kita mengalami gejala nyeri yang menyulitkan diri untuk beraktivitas.

Tapi ada juga yang justru mengalami menstruasi dalam waktu singkat, misalnya hanya dua hari.

Sebetulnya, menstruasi yang terlalu lama atau terlalu sebentar sama-sama perlu perhatian khusus, karena bisa jadi ada yang salah pada gaya hidup dan diri kita.

 

Akan tetapi, sebaiknya kita ketahui dulu penyebab menstruasi dapat berlangsung sangat singkat berikut ini, yuk!

Baca Juga: Nyeri Sendi Saat Menstruasi, Perlukah Cemas? Gini Cara Mengatasinya!

Faktor Gaya Hidup

Stres

Banyak gaya hidup yang dapat memengaruhi durasi menstruasi, termasuk perubahan pada rutinitas harian dan tingkat stres.

Jika kita mengalami stres berat, kita mungkin mengalami menstruasi yang enggak teratur, lebih pendek, atau lebih ringan dari biasanya, bahkan ada yang enggak mengalami menstruasi sama sekali.

Penurunan berat badan yang signifikan juga dapat menyebabkan menstruasi enggak teratur.

Kemudian olahraga berlebihan pun dapat menyebabkan menstruasi yang enggak teratur atau bahkan enggak ada sama sekali, dikarenakan jumlah energi yang dibakar enggak seimbang dengan jumlah nutrisi yang memadai.

Akibatnya tubuh enggak akan memiliki cukup energi untuk menjaga semua sistem bekerja dan mulai mengalihkan energi dari beberapa fungsi seperti reproduksi karena hipotalamus, suatu bagian di otak memperlambat atau menghentikan pelepasan hormon yang mengontrol ovulasi.

 

 

Pendarahan Anovulatori

Pendarahan anovulatori terjadi meskipun ovarium enggak melepaskan sel telur sehingga menstruasi berlangsung singkat. 

Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti kista ovarium, penyakit tiroid, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS).

Jika lama kelamaan periode menstruasi semakin pendek dan ada juga gejala seperti hot flashes atau semburan panas di wajah, serta vagina kering, maka ini menandakan hal lain, kemungkinan tanda-tanda tersebut menunjukkan kegagalan ovarium prematur.

Kondisi ini terjadi saat ovarium berhenti bekerja secara normal sebelum usia 40 tahun sehingga enggak menghasilkan sel telur atau dikenal dengan istilah menopause dini.

Periode menstruasi yang lebih pendek enggak selalu berarti lebih ringan, sebab tergantung dari penyebabnya; misalnya, apabila periode singkat disebabkan oleh penyakit tiroid dan PCOS, maka berpotensi membuat menstruasi lebih berat.

Sedangkan jika penyebabnya menopause dini, maka pendarahan lebih singkat.

Baca Juga: 5 Olahraga Ini Cocok untuk Kita yang Sering Nyeri Saat Menstruasi

Selain itu, periode menstruasi yang singkat juga bisa menjadi tanda awal kehamilan atau dikenal dengan istilah pendarahan implantasi.

Bercak darah bisa terjadi pada saat atau mendekati jadwal menstruasi, padahal pada kenyataannya sel telur yang dibuahi menempel pada endometrium atau lapisan dalam rahim dan normal di masa awal kehamilan.

Jadi, apabila kita mengalami periode menstruasi pendek selama tiga bulan berturut-turut, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Hal yang sama juga berlaku jika menstruasi menyebabkan pendarahan sangat berat sehingga membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam satu jam dan disertai kram parah. 

Baca Juga: Cewek Enggak Boleh Puasa Saat Haid, Begini Penjelasan Ilmiahnya!

 

 

Kontrasepsi dan Pengobatan

Pil atau suntikan KB hormonal serta alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dapat menyebabkan siklus menstruasi lebih pendek dan lebih ringan.

Hormon dalam pil KB bisa menipiskan lapisan rahim sehingga meringankan dan mempersingkat menstruasi.

Perempuan yang menggunakan pil progestin saja dapat mengalami pendarahan, di antaranya menstruasi.

Ada pula obat-obatan lain yang memengaruhi periode menstruasi, misalnya obat pengencer darah, obat antipsikotik atau antidepresan, obat steroid, dan obat herbal seperti ginseng.

 

(*)