Menghadapi Stigma
Nah, sayangnya, korban sendiri juga kadang enggak menyadari bahwa kelumpuhan yang mereka rasakan dan membuat mereka enggak berdaya saat diserang itu sebetulnya bersifat alami dan spontan.
Akhirnya korban justru menyalahkan diri sendiri dan enggan melapor pada orang terdekat maupun pihak berwajib karena takut dihakimi.
Belum lagi, berbagai omongan orang lain yang mempertanyakan kenapa korban enggak menghindar atau melawan masih sering terdengar ketika korban sudah berniat untuk speak up.
Hal tersebut ironis, mengingat bahwa dari penelitian Moller dan tim, ditemukan 7 dari 10 perempuan korban perkosaan yang mereka teliti merasakan kelumpuhan sementara saat kejadian.
Baca Juga: Awas Kekerasan Berbasis Gender Online, Jaga Privasi Kita di Medsos Ya!
Bahkan, jika korban berbicara setelah kejadian berlalu cukup lama, orang-orang masih saja menyalahkan korban karena enggak mengungkapkan kasus tersebut sejak awal.
Akibatnya, stigma dan upaya menyalahkan korban masih terus berlangsung dan dianggap lumrah.
Nah, kalau ada di antara kita yang pernah mengalami hal tersebut, laporkan ke pihak berwajib atau konsultasi ke berbagai komunitas konseling, penyintas, dan lembaga bantuan hukum (LBH) terdekat.
Atau kita bisa menghubungi hotline berbagai lembaga perlindungan seperti Yayasan Pulih (021-78842580, pulihcounseling@gmail.com), LBH Apik Jakarta (081388822669, apiknet@centrin.net.id), SAPA Indonesia (021-5853849, sapa.indo@gmail.com), Komnas Perempuan (021-3903963), dan Komnas Perempuan dan Anak RI (082125751234).
Ingat kalau kita enggak sendirian dan sebaiknya selalu saling mendukung ya, girls!
(*)