CewekBanget.ID - Setiap orang tentu seenggaknya pengin menghindari kegagalan dalam upaya mencapai kesuksesan.
Tapi ada beberapa orang yang disebut perfeksionis, yaitu orang yang akan melakukan segala cara demi enggak melakukan kesalahan sekecil apapun dalam berbuat sesuatu.
Di sisi lain, saat enggak dapat melakukan sesuatu dengan sempurna, perfeksionis akan menyalahkan diri sendiri dan menganggap diri gagal total.
Apakah kita merupakan seorang perfeksionis?
Kepoin dulu penjelasannya berikut ini dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental supaya kita jadi lebih waspada!
Perfeksionis
Perfeksionisme memang bukan kondisi medis, tapi ini dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental kita secara buruk, seperti dilansir dari The Healthy.
Hal yang satu ini lebih berupa kebutuhan intens untuk menghindari kesalahan sampai kita merasa gagal kalau enggak bisa melakukan sesuatu dengan sempurna.
Kita mungkin dapat mengenali dorongan untuk menjadi perfeksionis ini ketika kita merasa harus menulis e-mail berkali-kali sebelum mengirimnya, atau saat kita otomatis merasa gagal jika ada orang lain yang melakukan tugas lebih baik daripada kita.
Baca Juga: Pengin Sempurna, Kenali 5 Tipe Perfeksionis Buat #Girls4TheFuture
Beda dari Ambisi
Nah, jangan sampai kita salah mengidentifikasi perfeksionisme dengan ambisi, yang sebetulnya bisa menjadi sesuatu yang positif karena dapat memotivasi kita untuk meraih kesuksesan dan menginspirasi kita untuk melakukan yang lebih baik.
Tapi kalau tujuan kita berubah dan kita langsung merasa enggak puas saat sudah mencapai target, ini bisa menjadi tanda-tanda kalau kita adalah seorang perfeksionis.
Perfeksionisme membuat kita mengukur nilai diri berdasarkan kemampuan kita untuk mencapai tujuan dengan persis sesuai yang diinginkan, atau melakukan segalanya dengan benar dan sempurna.
Enggak Selalu Buruk
Eh, tapi apakah perfeksionisme selalu merupakan hal yang buruk dan harus diwaspadai?
Sebenarnya, menjadi seorang perfeksionis dapat membuat kita lebih siap menetapkan tujuan yang jelas dan tepat, serta membuka peluang bagi kita untuk jadi lebih kreatif dalam mencapai tujuan tersebut.
Jadi perfeksionisme bisa berupa suatu dorongan yang sehat apabila dilakukan dengan benar.
Baca Juga: People Pleaser & 4 Tipe Perfeksionis Lainnya. Kamu yang Mana?
Tapi sifat ini bisa jadi masalah juga apabila kita terlalu fokus menghindari kegagalan dengan berbagai cara.
Masalahnya, kalau tujuan kita bergeser jadi upaya untuk enggak melakukan kesalahan sekecil apapun, kita akan cenderung menyalahkan diri kita sendiri dan mengukur nilai diri kita serendah mungkin ketika kita gagal atau enggak mencapai tingkat kesempurnaan tertentu.
Akhirnya kita jadi begitu terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
Bahaya Perfeksionisme
Seperti disebutkan di awal, perfeksionisme yang parah dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik kita, meski hal itu sendiri bukan suatu penyakit.
Ketakutan akan ketidaksempurnaan rupanya juga disebut sebagai atelofobia dan termasuk dalam gangguan kecemasan, menurut The Healthy.
Ini juga merupakan bentuk fobia yang dapat menyebabkan berkembangnya gangguan mental seperti depresi dan kecemasan; selain itu, risiko terhadap gangguan fisik seperti masalah pernapasan kronis, migrain, dan penyakit jantung pun meningkat.
Atelofobia dapat mengganggu kita dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita menghindari situasi tertentu karena takut melakukan kesalahan, atau mengalami kecemasan parah saat memikirkan kemungkinan membuat orang lain kecewa.
Kalau kita merasa memiliki kecenderungan sebagai perfeksionis dan terganggu dengan hal itu, sebaiknya kita berkonsultasi pada ahli ya, girls.
Baca Juga: Romankasa: Ketika Cewek Cuek Polos Ketemu Cowok Galak Perfeksionis
(*)