Salah satu tanda seseorang merupakan pembohong patologis adalah ketika mereka terlalu banyak berbohong.
Misalnya, dimulai dari kebohongan tentang alasan mereka terlambat masuk kelas, mereka terus menambah kebohongan untuk menutupi hal yang telah mereka katakan sebelumnya, bahkan hingga mencapai tahap kebohongan yang berlebihan dan enggak masuk akal.
Kalau ada seseorang yang terus-menerus berbohong tentang rekam jejak akademisnya, misalnya ia mengaku sebagai mahasiswa berprestasi yang menempuh kuliah di lebih dari 1 universitas ternama, padahal orang-orang tahu hal itu enggak benar, mungkin saja ia adalah pembohong patologis.
Atau contoh yang cukup serius lainnya adalah ketika seseorang berbohong bahwa salah satu anggota keluarganya, yang sebetulnya masih hidup, telah meninggal dunia dan ia terus mengarang cerita untuk mendukung kebohongan itu dalam waktu yang lama.
Padahal ia enggak berada dalam situasi genting atau mendesak yang membuatnya harus berbohong seperti itu.
Kebohongan patologis bisa terjadi selama bertahun-tahun kalau enggak segera ditangani oleh ahli kejiwaan.
Kalau kita menemukan orang yang mungkin melakukan kebohongan patologis, cobalah untuk mengajaknya ke terapis atau ahli kejiwaan yang dapat menangani masalah tersebut dengan tepat.
Ini mungkin sulit karena mereka bisa saja malah berbohong kepada orang yang berusaha menangani kondisi tersebut, tapi enggak ada salahnya untuk dicoba.
Kalau terus dibiarkan, kebohongan patologis bukan cuma berbahaya bagi orang lain, tetapi juga bagi sang pembohong sendiri karena mereka enggak dapat mengontrol kebohongan yang mereka lontarkan.
Baca Juga: 3 Zodiak Ini Dikenal Sebagai Tipe Zodiak Paling Jujur. Salut Banget!
(*)