CewekBanget.ID - Pernah bertemu orang yang maunya selalu jadi pusat perhatian, terobsesi berlebihan dengan penampilan dirinya sendiri, hingga sering bersikap dramatis?
Memang sih, beberapa orang punya pembawaan yang agak lebay dan selama hal itu enggak sampai terlalu mengganggu, kita bisa mewajarkannya.
Tapi ternyata ada juga gangguan kepribadian dengan indikasi persis seperti itu lho, yakni histrionic personality disorder (HPD).
Histrionic personality disorder alias gangguan kepribadian histrionik membuat seseorang merasa harus selalu diperhatikan semua orang dan dramatis hingga level yang ekstrem.
Orang dengan HPD cenderung selalu membutuhkan validasi orang lain, hingga terbiasa berperilaku dan berpenampilan provokatif hanya demi mendapatkan perhatian orang-orang.
Kenali, begini penjelasan tentang gangguan kepribadian histrionik.
Histrionic Personality Disorder
Histrionic personality disorder (HPD) alias gangguan kepribadian histrionik adalah kondisi ketika seseorang amat menyukai perhatian dari orang lain sampai kepada level yang enggak sehat.
Gangguan kepribadian histrionik termasuk ke dalam gangguan kepribadian klaster B alias dramatik, karena penderitanya cenderung memiliki emosi yang enggak stabil dan citra diri yang terdistorsi.
Pada level ekstrem, orang dengan HPD punya kebutuhan berlebihan untuk selalu diperhatikan dan sampai bersikap dramatis atau lebay demi diperhatikan orang lain, entah secara positif atau negatif.
Menurut penelitian, HPD lebih cenderung dialami perempuan, meski tentu saja laki-laki juga bisa mengalaminya, dan kondisi ini kerap terjadi di masa remaja atau dewasa muda.
Baca Juga: Sadar Kesehatan Mental, Ini Penjelasan Borderline Personality Disorder
Gejala
Kita mungkin sulit membedakan antara orang yang lebay karena pribadinya memang demikian, dan orang yang mengalami HPD sehingga selalu butuh dipandang orang lain meski negatif.
Tapi beberapa gejala berikut ini mungkin bisa membantu kita mengidentifikasi orang dengan HPD.
Biasanya, orang dengan HPD senang mencari perhatian dan enggak suka kalau orang lain enggak memperhatikannya walau hanya sebentar saja.
Orang dengan HPD juga kerap melakukan hal-hal provokatif dan enggak pantas demi mendapatkan perhatian tersebut, seperti bersikap genit, mengenakan pakaian yang enggak sesuai dengan situasi di sekitarnya, dan berbagai perilaku lain yang bikin orang lain enggak nyaman.
Selain itu, HPD membuat seseorang bersikap dramatis atau lebay banget, dengan menunjukkan emosi dan ekspresi berlebihan yang bahkan enggak tampak tulus.
Gejala HPD lainnya yaitu seseorang mudah terpengaruh perkataan orang lain dan sangat sensitif terhadap kritik, serta impulsif dalam melakukan hal-hal yang diinginkannya.
Orang dengan HPD hidupnya gampang bosan dan enggak suka merepotkan diri, sehingga ia kerap mangkir dari tugas yang seharusnya dikerjakan.
Yang cukup jelas, orang dengan HPD hidupnya berpusat pada diri sendiri dan jarang menunjukkan perhatian kepada orang lain, sehingga ia kesulitan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Pada tahap yang lebih parah, orang dengan HPD bisa sampai mengancam orang lain agar memperhatikannya dengan cara membahayakan dirinya sendiri.
Ketika penderita HPD enggak mendapatkan perhatian yang selama ini dibutuhkannya dalam waktu yang lama, ia bisa menjadi stres dan depresi.
Baca Juga: 8 Gejala Kalau Kita Punya Gangguan Kecemasan atau Anxiety Disorder
Penanganan
Kalau sudah begini, gimana cara mengatasi penderita HPD?
Biasanya ahli akan menganjurkan terapi kognitif untuk mengatasi kesulitan penderita HPD saat enggak mendapat perhatian dari orang lain, agar ia enggak berakhir depresi.
Selain itu, penderita HPD akan dibimbing untuk lebih menunjukkan empati dan mengendalikan emosinya.
Bisa juga penderita HPD diarahkan untuk menjalani terapi analitik kognitif (CAT), supaya dirinya dapat mengidentifikasi bagaimana pola perilakunya muncul serta memahami efeknya terhadap diri sendiri dan orang lain.
Terakhir, orang dengan HPD dapat menjalani psikoterapi analitik fungsional jika perilaku problematic-nya masih berlangsung, tapi di sisi lain ia menunjukkan sikap positif pada psikiater.
Meski mungkin perilaku HPD jadi nyebelin buat kita yang berada di sekitar penderita, jangan langsung men-judge dan sebaiknya arahkan ia untuk menemui ahli kejiwaan agar mendapatkan penanganan yang tepat, ya.
Baca Juga: Jangan Hakimi, Lakukan Ini Saat Orang Terdekat Alami Eating Disorder
(*)