"Dari lingkungan yang mungkin tercemar, dari sporanya antraks atau dia mencemari rumput-rumputan, kemakan, akhirnya hewan terinfeksi antraks," sambungnya.
Seperti yang terjadi di Gunungkidul, penyakit ini memang bersifat zoonosis alias bisa menular dari hewan ke manusia.
Dokter Radhiyan menjelaskan kalau antraks pada manusia bisa terjadi karena konsumsi daging hewan penderita, interaksi dengan produk hewan yang mengandung bakteri antraks atau sporanya, hingga penyembilahan dan pemakaman hewan terinfeksi enggak sesuai protokol.
Ciri-ciri Hewan Ternak yang Terkena Antraks
Untuk gejala yang dialami oleh hewan ternak yang terinfeksi, menurutnya berbeda-beda tergantung pada area tubuh yang terinfeksi.
Perlu diketahui, antraks memiliki tiga tipe yakni tipe kulit, tipe pencernaan, dan tipe pernapasan.
Masa inkubasi sejak hewan ternak terpapar agen infeksi hingga munculnya gejala, bisa berlangsung dalam hitungan hari bahkan minggu.
"Tipe kulit ini yang paling jinak di antara yang lain. Tipe pencernaan yg paling ganas, tingkat kematian cepat bisa dalam hitungan hari, pernapasan pun juga sama," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Tapi kalau kulit dalam hitungan bulan, enggak begitu kelihatan, ketika sudah menyebar ke seluruh tubuh baru menimbulkan kematian."
Meski begitu, gejala antraks secara umum adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Jangan Dibuang, Olah Daging Kurban yang Berlemak dengan 5 Cara Ini!
1. Demam, karena ini merupakan respons alami tubuh saat agen infeksi menyerang