CewekBanget.ID - Beberapa waktu lalu, ramai di media sosial kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul, Yogyakarta.
Enggak main-main, kasus antraks Gunungkidul ini sampai memakan korban jiwa!
Pastinya kita enggak pengin tertular antraks ya, girls.
Sebagai upaya pencegahan antraks pada manusia, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan.
Baca Juga: Idul Adha, 3 Kondisi Orang Ini Dilarang Makan Daging Kambing
Melansir Grid Health, Imran Pambudi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus antraks di Gunungkidul, Yogyakarta, sudah terjadi sejak lama.
Pada 2019 aja, tercatat tren kasus antraks yang cukup tinggi, di mana ada sekitar 31 kasus.
Pada pertengahan 2023 ini, terdapat puluhan warga di Kelurahan Candirejo, Gunungkidul, yang dinyatakan positif tertular antraks dan mengakibatkan 1 orang meninggal dunia.
"Satu dinyatakan suspek (antraks) karena sudah ada hasil pemeriksaan lab-nya," kata Imran dikutip dari kana YouTube Kemenkes.
Penyebab Penyakit Antraks
Dokter Hewan drh. Radhiyan Fadiar Sahistya dari Radhiyan Pet and Care menjelaskan, penyebab terjadinya penyakit ini karena infeksi dari bakteri Bacillus anthracis.
Bakteri tersebut sering dijumpai di area tanah, sehingga hewan ternak yang merumput seperti sapi dan kambing, berisiko untuk mengalaminya, girls.
"Dari lingkungan yang mungkin tercemar, dari sporanya antraks atau dia mencemari rumput-rumputan, kemakan, akhirnya hewan terinfeksi antraks," sambungnya.
Seperti yang terjadi di Gunungkidul, penyakit ini memang bersifat zoonosis alias bisa menular dari hewan ke manusia.
Dokter Radhiyan menjelaskan kalau antraks pada manusia bisa terjadi karena konsumsi daging hewan penderita, interaksi dengan produk hewan yang mengandung bakteri antraks atau sporanya, hingga penyembilahan dan pemakaman hewan terinfeksi enggak sesuai protokol.
Ciri-ciri Hewan Ternak yang Terkena Antraks
Untuk gejala yang dialami oleh hewan ternak yang terinfeksi, menurutnya berbeda-beda tergantung pada area tubuh yang terinfeksi.
Perlu diketahui, antraks memiliki tiga tipe yakni tipe kulit, tipe pencernaan, dan tipe pernapasan.
Masa inkubasi sejak hewan ternak terpapar agen infeksi hingga munculnya gejala, bisa berlangsung dalam hitungan hari bahkan minggu.
"Tipe kulit ini yang paling jinak di antara yang lain. Tipe pencernaan yg paling ganas, tingkat kematian cepat bisa dalam hitungan hari, pernapasan pun juga sama," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Tapi kalau kulit dalam hitungan bulan, enggak begitu kelihatan, ketika sudah menyebar ke seluruh tubuh baru menimbulkan kematian."
Meski begitu, gejala antraks secara umum adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Jangan Dibuang, Olah Daging Kurban yang Berlemak dengan 5 Cara Ini!
1. Demam, karena ini merupakan respons alami tubuh saat agen infeksi menyerang
2. Rasa gelisah
3. Nafsu makan menurun
4. Pembengkakan kelenjar limfoid di leher, ketiak, ataupun bagian tubuh lain
"Ciri khasnya, nanti akan keluar darah berwarna hitam legam dari semua lubang alamiah tubuh baik dari kelamin, mulut, hidung, maupun telinga," jelasnya.
Cara Mencegah Penularan Antraks pada Manusia
Seperti yang disebutkan sebelumnya, antraks merupakan penyakit infeksi yang dapat menular dari hewan ke manusia.
Sama seperti pada hewan ternak, tipe antraks yang menyerang manusia juga terdiri dari tipe kulit, pencernaan, dan pernapasan.
Di antara ketiganya, tipe yang paling berbahaya adalah yang menyerang saluran cerna dan pernapasan.
"Usus (bisa) membusuk, lama-kelamaan menghitam mengalami korosif, terus tubuh jadi rusak (karena) menyebar kemana-mana," katanya.
Dokter Radhiyan membagikan beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah antraks terjadi pada manusia:
Baca Juga: Aman Buat yang Intoleransi Laktosa, Ini 7 Susu Nabati Pengganti Susu Sapi!
1. Melakukan konsultasi dengan tenaga medis seperti dokter hewan, saat hewan ternak sakit.
Ini perlu dilakukan untuk memastikan sakitnya apa, karena gejala awal antraks mirip dengan penyakit lain.
2. Hindari membedah hewan ternak yang mati secara mendadak.
"Karena tidak tahu matinya karena apa, itu untuk mencegah agar (jika benar terkena antraks), bakteri antraks tidak keluar dari badan hewan yang meninggal," ujarnya.
3. Mengubur hewan yang sakit dan meninggal dengan benar.
"Dikuburnya seberapa dalam? Semakin dalam semakin baik untuk mencegah hewan-hewan liar membongkar makam yang sudah dibuat," jelasnya.
4. Melakukan desinfeksi lingkungan dengan desinfeksi panas, untuk mematikan spora antraks.
"Spora ini tahan dengan lingkungan sampai 40-50 tahun, tapi dia tidak tahan terhadap panas, pemanasan basah sekitar 100 derajat celcius sedangkan pemanasan kering sekitar 120 derajat celcius," kata dokter Radhiyan.
"Jadi semisal ada yang terduga mati, dalam proses penguburan bisa juga dilakukan bersamaan dengan pembakaran. Jadi kalaupun ada potensi terkena antraks, spora-sporanya biar mati," pungkasnya.
(*)
Baca Juga: Waspada saat Idul Adha, Ini 6 Tanda Kita Terlalu Banyak Makan Daging