Kenapa Musim Pancaroba Identik dengan Cuaca Ekstrem? Ini Penyebabnya

By Siti Fatimah Al Mukarramah, Kamis, 29 Februari 2024 | 08:13 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem (via DW)

CewekBanget.ID - Indonesia bersiap memasuki musim pancaroba yaitu peralihan dari musim hujan ke musim panas/kemarau nih, girls!

Musim pancaroba biasanya identik sama cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin.

Pastinya kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim pancaroba ini, baik menjaga kesehatan hingga membawa perlengkapan pelindung diri ke mana pun kita pergi.

Kepo enggak, sih? Kenapa musim pancaroba itu identik banget sama cuaca ekstrem, khususnya di Indonesia?

Nah, untuk musim pancaroba yang diprediksi terjadi pada bulan Maret 2024 ini, berikut beberapa penyebabnya!

Baca Juga: Lakukan Ini saat Hujan Badai Terjadi dan Kita Lagi di Luar Rumah!

Musim Pancaroba dan Cuaca Ekstrem

Melansir Bobo.Id, perubahan cuaca di pagi hingga sore hari terjadi karena proses konveksi dari permukaan Bumi ke atmosfer.

Proses itu muncul karena penerimaan radiasi Matahari oleh permukaan Bumi terjadi cukup besar.

Hal ini memungkinkan massa udara terangkat dan memicu pembentukan awan hujan yang memicu hujan lebat.

Jika kondisi atmosfer enggak stabil, maka pembentukan awan kumulonimbus bisa meningkat cukup pesat, nih.

Karakteristik awan ini adalah berbentuk seperti bunga kol berwarna abu-abu dengan tepi awan yang jelas.

Awan kumulonimbus sangat berbahaya karena erat kaitannya dengan kilat, petir, hingga angin kencang.

Monsun Asia Masih Dominan

Selain karena periode peralihan, BMKG menyebut monsun Asia yang masih dominan jadi pemicu cuaca ekstrem.

Monsun Asia adalah fenomena tahunan yang pasti terjadi karena tiupan angin dari kawasan Asia ke Australia.

Posisi semu tahunan Matahari yang berada di belahan Bumi selatan membuat kawasan Asia jauh lebih dingin.

Suhu yang lebih dingin selalu beriringan dengan tekanan udara yang lebih tinggi. Lalu apa dampaknya?

Hal ini membuat udara atau angin bergerak ke kawasan lebih panas atau tekanan udara lebih rendah.

Angin yang membawa massa udara dari proses konveksi membuat Indonesia menerima banyak awan hujan.

Kondisi inilah yang menyebabkan berbagai wilayah dari Sumatra hingga Papua terjadi hujan lebat.

Aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO)

Baca Juga: Lagi Musim Pancaroba, Rajin Konsumsi 6 Buah yang Bantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh!

Fenomena pemicu cuaca ekstrem selanjutnya adalah aktivitas MJO di kawasan Samudra Hindia bagian Timur.

MJO adalah gelombang yang terjadi di lapisan troposfer yang bergerak dari barat ke timur sekitar 30-60 hari.

Fenomena ini sangat berdampak terhadap kondisi curah hujan pada suatu wilayah yang dilaluinya.

Aktivitas ini akan menjalar hingga wilayah pesisir barat Indonesia pada beberapa minggu ke depan.

Di beberapa fase, MJO berkontribusi pada percepatan perkembangan siklus El Nino dan La Nina seluruh dunia.

Selain monsun Asia dan MJO, cuaca ekstrem juga terjadi karena adanya aktivitas gelombang atmosfer.

Faktor lainnya adalah adanya pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan. 

(*)

Baca Juga: 4 Obat Alami untuk Meredakan Diare saat Cuaca Dingin. Manjur!