6 Siswa SMA di Indonesia yang Dapat Penghargaan Karena Pecahkan Masalah Sampah

By Astri Soeparyono, Senin, 4 Januari 2016 | 17:00 WIB
6 Siswa SMA di Indonesia yang Dapat Penghargaan Karena Pecahkan Masalah Sampah (Astri Soeparyono)

6 Siswa SMA di Indonesia yang Dapat Penghargaan Karena Pecahkan Masalah Sampah

(foto: bali.tribunnews.com)

Proses pembuatan genteng dimulai dari memilah sampah, mengeringkan, lalu mengetes kandungannya. Tahapan ini sangat penting karena bahan-bahan tersebut harus bisa melekat dengan baik. "Prosesnya memakan waktu sekitar 3 bulan. Semua komposisi kami coba sampai menemukan yang pas," kata Wisnu.

Namun, perjalanan mereka tak selalu mulus. Banyak tantangan dihadapi, salah satunya cuaca yang kurang mendukung. Wisnu bercerita, percobaan dilakukan pada bulan-bulan rawan hujan, sekitar Januari hingga April. Hal ini membuat proses pengeringan menjadi sulit. "Tetapi, ternyata kami bisa mengatasi hal itu," ujarnya.

Keunggulan genteng karya mereka, selain ramah lingkungan, adalah bobotnya lebih ringan, yakni hanya 200 gram. Genteng itu lebih ringan dibandingkan material berbahan tanah liat yang beratnya mencapai 500 gram. Berdasarkan uji ketahanan, genteng biokomposit mereka pun terbilang unggul.

"Dari tes yang dilakukan, genteng kami baru pecah saat diberi beban lebih dari 30 kilogram. Kalau dari tanah liat, 20 kilogram saja sudah pecah," ucap Ketut, guru Fisika yang juga membimbing penelitian Wisnu dan Narayana.

(Baca juga: 7 Remaja Cewek Paling Pintar di Dunia)

6 Siswa SMA di Indonesia yang Dapat Penghargaan Karena Pecahkan Masalah Sampah

(foto: bali.tribunnews.com)

 

Bahkan, karya mereka terbukti mampu menjuarai kompetisi Toyota Eco Youth (TEY) 2015 untuk kategori sains. TEY merupakan kompetisi yang dirancang khusus bagi pelajar sekolah menengah untuk membangun cara berpikir dan berkontribusi nyata terhadap perbaikan lingkungan di sekitar sekolah.