5 Fakta Soal Patung Liberty Yang Terinspirasi Perempuan Muslimah

By Natasha Erika, Kamis, 3 Desember 2015 | 17:00 WIB
5 Fakta Soal Patung Liberty Yang Terinspirasi Perempuan Muslimah (Natasha Erika)

Di masa lalu, ia adalah simbol selamat datang untuk pengunjung dan orang Amerika yang kembali dari perjalanan jauh sekaligus pelipur hati bagi para imigran yang lari dari kampung halamannya untuk mengadu nasib di 'tanah harapan', Negeri Paman Sam.

5 Fakta Soal Patung Liberty Yang Terinspirasi Perempuan Muslimah

Nah, sekarang begitu kita udah tahu sedikit soal Patung Liberty, kita bakal melihat fakta kalau patung ternama ini terinspirasi sosok perempuan muslimah.

Berawal dari fakta sejarah mengejutkan di balik pendirian Patung Liberty yang diungkapkan beberapa peneliti, salah satunya periset Barry Moreno. Menurut Moreno, seperti ditulis di Koran Sindo, patung itu aslinya terinspirasi oleh seorang perempuan Arab yang ada di Terusan Suez. Meski demikian, ide itu dirombak karena patung itu dibangun di AS. Bagaimanapun, penemuan terbaru itu menjadi pesan baru terhadap masyarakat AS yang sedang terjebak dalam perdebatan hebat mengenai penerimaan pengungsi dari Suriah.

Frederic Auguste Bartholdi melakukan perjalanan ke Mesir tahun 1855, begitu diceritakan Liputan6.com. Pada 1869, pemerintah Mesir mengadakan sayembara pembangunan menara mercusuar untuk Terusan Suez. Bartholdi lantas mendesain patung besar perempuan berjubah yang memegang obor. Proposal itu ia beri nama Egypt Brings Light to Asia alias 'Mesir pembawa cahaya bagi Asia'.

Pada saat itu, dikutip dari Kompas.com, sebagian besar rakyat Mesir adalah Muslim, sekitar 86 persen di Alexandria dan Kairo, dan 91 persen di daerah lain. "Bartholdi memproduksi sejumlah gambar di mana patung yang diusulkan itu awalnya berupa seorang peremuan petani Mesir yang perkasa, atau petani Arab, dan secara bertahap berkembang menjadi seorang dewi raksasa," tambah Edward Berenson, peneliti yang juga menulis tentang hal tersebut. Namun gambar-gambar patung yang ditawarkan Bartholdi ditolak pemerintah Mesir kala itu.