Girls, belum lama ini kita mungkin mendengar kabar aktris Ganteng-Ganteng Serigala Dahlia Poland, 18 tahun, menikah dengan pacarnya, Fandy Christian, 30 tahun. Dunia maya cukup heboh mendengar kabar ini, sekaligus turut berbahagia untuk pasangan, karena perbedaan usia mereka yang cukup jauh. Terutama, usia Dahlia Poland memutuskan menikah muda.
Bukan Dahlia Poland saja cewek yang menikah di usia muda. Banyak juga anak muda di luar sana yang memutuskan menikah saat masih muda. Menikah muda menurut psikolog Terry Orbuch adalah di bawah usia 25 tahun. Menurutnya, Menikah muda sudah jadi salah satu isu masyarakat yang cukup menimbulkan perdebatan. Perdebatan itu bisa kita lihat dari kelebihan dan kekurangan menikah di usia muda. Ini dia masing-masing 5 kelebihan dan kekurangan menikah di usia muda.
Menikah muda umumnya menikah di usia yang belum matang secara finansial. Tapi, dengan tekat kuat, pasangan muda bisa sama-sama mewujudkan mimpi untuk menjadi berhasil dan sukses. Di sini, jadi nilai plus di mata pasangan karena cewek bisa mendukung seorang cowok dari awal alias dari nol hingga jadi sukses di kemudian hari.
Ketika seseorang menikah di usia muda, orangtua bahkan nenek dan kakek masih bisa menyaksikan dan memberi nasihat penting. Selain itu, resep masakan nenek juga bisa diturunkan kepada cewek yang sudah harus mulai mengurus dapur di rumahnya sendiri. Enggak cuma itu, teman-teman satu geng yang masih muda dan umumnya jomblo bisa kita minta bantuan dalam kondisi tertentu.
Reproduksi cewek paling produktif terjadi di usia awal 20-an, yakni 20 sampai 22 tahun. Menikah di usia muda memungkinkan seseorang untuk lebih produktif. Selain itu, usia produktif juga bagus untuk keselamatan si ibu dan bayi.
Salah satu alasan yang mendorong cewek untuk menikah di usia muda adalah calon suami yang sudah matang usianya. Di sisi lain, poin ini bisa jadi kelebihan karena calon suami yang sudah matang secara usia dan bekerja mampu menghidupi istri dan anak-anaknya.
Menikah di usia muda berarti mempunyai anak di usia muda. Ketika seseorang sudah berusia 30 tahun nanti, anaknya tersebut mungkin sedang lucu-lucunya duduk di bangku SMP. Dan, begitu anaknya kuliah, sang ibu dan ayah enggak terlalu tua untuk menyaksikan keberhasilannya. Belum lagi, bisa menjadi orangtua yang bisa terus membiayai masa muda sang anak.
Ngomongin finansial ketika menikah di usia muda memang bagai dua sisi mata pisau. Di satu sisi, seseorang mengalami keuntungan seperti tertulis di atas. Tapi, di sisi lain, kalau seseorang enggak bisa mengatur keuangan dengan baik, mungkin akan mengalami kesulitan keuangan yang enggak mudah diperbaiki.
Hmm... Ada yang berpikir ketika nikah muda, cewek tetap bisa menikmati masa muda. Tapi, di satu sisi, setelah menikah, waktu kosong untuk hang out sama teman-teman satu geng mungkin enggak sebebas dulu. Walau pasangan memperbolehkan buat nongkrong bareng teman-teman, tapi tetap saja batas waktunya enggak sebanyak waktu jadi jomblo.
Mendekati usia awal 20-an, pemikiran cewek masih belum matang. Umumnya, remaja cewek masih dalam proses transisi menuju cewek dewasa. Ia mungkin masih belum terlalu menggali jati diri dan memahami betul apa keinginan sesungguhnya di masa mendatang.
Coba kita tanya kepada ibu apa saja yang telah ia korbankan untuk membesarkan, mendidik, dan mengasuh kita hingga saat ini? Belum lagi memperhatikan suami dan menjaga rumah beserta isinya? Pastinya, bukan pekerjaan mudah. Nah, di usia yang masih terbilang muda, seseorang yang memutuskan menikah mungkin akan kaget dengan situasi yang berubah 360 derajat. Ia mungkin enggak bisa mengejar karier di usia muda karena harus memilih kepentingan rumah tangga.
Pacaran di usia muda dan pacaran di usia dewasa ada perbedaan emosi yang terjadi. Di saat masih muda, seseorang mungkin berpikir jernih sebagai anak muda. Tetapi pikiran jernih saat muda itu akan berbeda jika ia mengalami pacaran di usia dewasa. Di usia muda, ia mungkin merasa sudah mengenal pasangan, tapi ternyata seiring berjalannya waktu ia enggak merasakan hal itu.
(foto: giphy.com)