Aku melemparkan pandangan ke luar jendela untuk ke-sekian kalinya. Hari ini langit mendung, membuatku tidak bersemangat mendengarkan kata-kata Pak Tri yang sedang menerangkan tentang bangun ruang di depan kelas. Lebih parahnya, mendung ini sepertinya juga membuat kesedihanku menjadi-jadi. Sudah berbulan-bulan aku teracuni oleh kesedihan ini; aku merindukanmu. Aku sangat ingin melihat senyummu, mendengar suaramu, merasakan sentuhan tanganmu di kepalaku. Mungkin, ini saatnya aku pergi menemuimu.
Buku catatan yang sama sekali tidak aku gunakan seharian ini langsung aku masukkan ke dalam tas begitu guru yang sudah mengajar selama dua jam itu mengakhiri pelajaran. Aku harus segera menemuimu sebelum hujan turun. Lebih tepatnya, sebelum pelangi datang karena sebenarnya, setiap kali ada pelangi, yang aku inginkan adalah berdiam di sisimu, bersamamu menikmati pelangi. Hanya saja, beberapa bulan ini aku menahan keinginan itu. Aku masih kesal padamu.
Kamu pastinya masih ingat. Hari itu juga mendung seperti ini. Hari itu untuk kesekian kalinya aku bertengkar dengan mama, mempertengkarkan tentang kedekatan kita. Dan hari itu, untuk ke-sekian kalinya pula, aku lari dari rumah, mencoba mencari perlindungan padamu.