Setelah Faris menunggu cukup lama, akhirnya tampaklah sosok Fara. Ia berjalan lunglai ke arah Faris.
"Kamu kenapa? Kok-" Faris tidak menyelesaikan apa yang ia ingin katakan, ia menatap wajah Fara yang tampak tirus. Fara seperti habis menangis. Fara menatap Faris sebentar, lalu ia senyum. Senyum yang dipaksakan lagi.
"Enggak. Udah, yuk, pulang, Ris," kata Fara singkat. Faris hanya mengangguk dan menepuk-nepuk bahu Fara. Faris tahu pasti ini karena itu, karena itu. Alasan yang sama tiga bulan terakhir. Faris bertekad untuk tidak membiarkan Fara seperti ini lagi.
Segera setelah sampai dirumah Fara langsung terlelap, baginya hanya tidurlah pelarian terbaiknya. Fara tidak tahu menahu berapa lama ia tidur, malam itu pertama kalinya ia tidak memikirkan waktu. Ia hanya tidur saja, tenang, seperti yang sudah lama ia inginkan. Sepanjang tidurnya, Fara merasa tidurnya kali itu terlampau panjang. Ia bermimpi banyak sekali, yang paling ia ingat adalah menjadi putri di sebuah kerajaan, berjalan lenggak-lenggok di atas panggung catwalk, lalu menjadi lulusan terbaik di universitas impiannya.
Lalu setelah sederet mimpi indahnya, mimpi selanjutnya muncul. Di dalam mimpi itu Fara terbangun, hatinya berdegup kencang, keringat dinginnya bercucuran. Ia lalu menatap jam dinding kamarnya, sudah lewat pukul 9. Terlambat, hanya satu kata itu di pikirannya. Pada akhirnya ia malah dipulangkan dari sekolah. Hati yang tadinya dibuat melayang-layang karena imajinasi mimpinya yang indah perlahan-lahan berganti menjadi ketakutan, jantungnya berdegup keras. Ia mulai terbangun dari mimpi-mimpinya, berusaha membuka mata. Keringat dinginnya bercucuran seperti yang ada di mimpinya. Fara ketakutan lagi, ia akhirnya bisa melepaskan dirinya dari mimpi-mimpi itu. Ia terbangun, tubuhnya dipenuhi keringat. Fara lalu mengambil ponselnya, terkaget-kaget ia melihat kalender: Jum'at, 12 Februari 2013 (7:00 )
Terlambat...
Enggak boleh...
Lalu ada pesan singkat, ia membacanya