Tentang Fara dan Waktu

By Astri Soeparyono, Kamis, 23 Oktober 2014 | 16:00 WIB
Tentang Fara dan Waktu (Astri Soeparyono)

"Apa? Aku bingung, Ris. Serius."

            "Far...aku tahu waktu itu penting buat kamu. Aku tahu kenapa kamu kayak gini, kamu enggak perlu nyiksa diri."

"Aku enggak nyiksa diri aku."

"Kamu enggak nyiksa diri kamu, kamu nyiksa orang-orang sekitar kamu. Kita khawatir semua, kamu berubah bukan karena kamu mau tapi karena apa yang kamu takutin. Kamu enggak salah, Far. Ayah kamu meninggal itu bukan salah kamu."

"Tapi coba aja kalau aku manfaatin waktu dengan baik terus coba aja waktu itu aku enggak ikut-ikutan nongkrong di kafe ,aku pasti bisa liat Ayah buat yang terakhir, coba aja kalau aku enggak telat," jawab Fara terisak, ia meringis.

"Kamu enggak salah, waktu juga enggak salah. Enggak ada yang salah, om meninggal memang takdirnya, Far," kata Faris coba menenangkan Fara.

Fara masih terisak, ia berpikir lagi apakah memang ini salahnya ataukah yang dibicarakan Faris itu benar. Ia teringat bagaimana Ayah selalu bilang bahwa semua adalah suratan takdir, tidak ada yang bisa disalahkan. Ia juga teringat betapa susah ibu merayunya untuk makan beberapa hari setelah Ayah meninggal, lalu Rina dan Faris yang coba menghiburnya setiap saat. Benar, semua itu takdir. Fara sudah membuat orang lain kesusahan karena tingkahnya. Fara sadar betapa ia mendramatisir keadaan selama ini, betapa mungkin saja Ayahnya kesal dari surga sana karena apa yang ia perbuat. Fara tersenyum lega.

"Maafin aku ya, Ris, makasih juga buat semuanya-" Belum selesai Fara berbicara, di depannya sudah ada sebuket mawar putih yang dibawa oleh Faris. Ia menerima bunganya

"Bentar...kamu belum jawab pertanyaan aku tadi. Kok kamu di sini? Hari ini hari Jumat, kan?"

"Hemm...Jum'at itu kemarin, Far."

"Kamu ngerjain aku?"

"Bukan aku aja, satpam, ibu kamu sama ojek yang tadi kamu naikin juga bantuin aku. Ini kan buat kamu."

"Hah?" Fara kebingungan, sontak saja ia langsung mengejar-ngejar Faris, memukul bahunya dengan mawar tadi. Senyum Fara mengembang, saat itu ia tahu bahwa hari ini hari barunya. Hari ketika hatinya tidak ketakutan akan waktu lagi.

 

(oleh: simunufa, foto: tumblr.com, giphy.com)