Nilam dan Gelang Perak

By Astri Soeparyono, Kamis, 7 Agustus 2014 | 16:00 WIB
Nilam dan Gelang Perak (Astri Soeparyono)

Toko itu sepi. Papan namanya yang bertuliskan Antique sedikit bergoyang tertiup angin. Mata Nilam menyusuri papan nama itu yang ditulis dengan cat berwarna emas. Ada hiasan abstrak di sekelilingnya. Sangat artistik.

Nilam terpaku di depan toko itu. Sepertinya bukan toko peralatan tulis atau toko kelontong. Bangunannya didominasi warna cokelat tanah, terkesan tua. Entah dorongan dari mana, Nilam memberanikan diri untuk mendekat.

Wangi lavender menyerbu hidung saat Nilam membuka pintu. Bagian dalam toko itu terkesan suram. Barang-barang yang dijual juga terkesan tidak layak.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Jantung Nilam seakan melompat dari mulut. Ia memutar badan dan melihat seseorang tersenyum padanya.

Rambut orang itu digulung ke atas. Bajunya ketat dengan model cheongsam. Matanya sipit, seperti keturunan Tionghoa.

"Ada yang bisa saya bantu? Atau mau lihat-lihat dulu?"

Nilam gelagapan. "Anu... saya..."

Perempuan itu tersenyum manis. "Perkenalkan nama saya Mei Mei. Saya bisa membantumu menemukan barang yang kamu suka. Mari ikut saya."

Mei Mei membimbing Nilam masuk lebih dalam. Mata Nilam memerhatikan sekeliling. Ada jam besar tua yang masih berfungsi, piano hitam metalik, kursi goyang dengan banyak ukiran, patung, guci... banyak sekali!

"Maaf, sebenarnya apa yang dijual di toko ini?" tanya Nilam.

"Ini toko barang antik."