Mata Ganda

By Astri Soeparyono, Sabtu, 2 November 2013 | 16:00 WIB
Mata Ganda (Astri Soeparyono)

"Tinggal di sini aja kali, Gan, yang kosong," ujarku sambil menepuk bangku yang kosong itu. Dengan ragu-ragu ia duduk di tempat duduk itu,

"Kamu pake softlens, Gan?"

Dia menggeleng. "Kacamataku rusak."

"Jatuh?" Dia hanya mengangguk.

"Salahmu juga, sih, kebanyakan nunduk, jadi melorot kan kacamatanya. Ha-ha-ha-ha," kataku terbahak sambil menepuk punggungnya. Bukannya membalas olokanku dia malah mengangguk-angguk seperti orang bodoh.

"Tapi aku lebih suka kamu yang kayak gini, Gan. Keliatan hidup! Ha-ha-ha," ujarku tertawa, sementara dia berhenti mengangguk-angguk. Lirikan matanya tampak dimiringkan ke samping untuk melihatku.

Tapi memang, aku suka Ganda yang seperti ini.

***

Suasana kelas tampak ribut dan berantakan. PR fisika yang harus dikumpulkan hari ini menjadi biang keramaian di dalam kelas. Semua orang tampaknya tidak ingin mendapatkan masalah hanya karena sebuah PR yang tidak terselesaikan. Dan tentunya, tidak ada yang mau berhadapan dengan sosok paling antagonis seantero sekolah.

Aku kelimpungan sendiri, karena semua daftar anak pintar di kelas buku PRnya telah dipinjam oleh beberapa anak untuk disalin. Padahal, aku baru mengerjakan tiga nomor dari dua belas nomor!

"Emm, Gan, kamu udah ngerjain PR fisika, belum?" tanyaku pada Ganda yang baru saja datang. Kedatangannya begitu menyilaukan. Ia tampak seperti harapan yang - pasti - akan membantuku menyelesaikan PR fisika ini.

"Eh, udah, Ver. G-gimana? Mau pinjem, ya?" tanyanya dengan tetap menunduk. Ada kacamata baru yang terpasang di wajahnya. Menutupi matanya yang sepasang. Ia seperti orang bermata ganda.