Hadiah yang aneh bagi seorang Nilam.
Aku suka bunga. Tapi aku lebih suka dengan pohon bunga. Jadi biarkan bunga itu ada di pohonnya. Apa orang-orang tidak tahu, bahwa bunga adalah bagian dari tanaman itu sendiri?
"Kamu tahu, Ni," Rena ke luar kelas dan menghampiri Nilam.
"Adelia...dahsyat betul dia, Ni," katanya setengah berbisik.
"Kenapa dia?"
"Adelia baru saja bilang, kalau besok ia akan dapat hadiah dari Rio. Itu, orang yang sedang main futsal itu." Ekor mata Rena menunjuk seseorang yang sempat ia amati.
"Katanya, Adelia sudah dapat lima belas hadiah bunga dan juga satu kotak dengan pita warna. Padahal Valentine Day baru besok, kan."
"Lalu?" Nilam mengangkat alis dan mentap ke arah Rena dengan lekat-lekat.
"Lalu? Apa kamu enggak ingin seperti Adelia? Apa kamu enggak berusaha untuk dapat hadiah dari salah seorang teman kita?" Dari nada bicaranya, Rena mengisyaratkan bahwa Nilam adalah orang bodoh yang tidak mengikuti jaman. "Kamu tahu, Ni...besok aku mau potong rambut seperti Adelia. Model itu sedang trend kan? Dan mungkin saja..."
"Ren...?" Nilam memotong omongan Rena. "Kamu adalah dirimu sendiri. Bukan Adelia. Setiap orang itu unik, Ren!" Nilam meletakkan bukunya. Ada hal lain yang harus ia katakan pada Rena, sahabatnya sendiri.
"Tapi aku ingin dapat bunga dan hadiah dengan kotak dan pita warna!"