"Namaku Kalia. Kamu?"
"Dom," ucapnya singkat, mengatupkan mulutnya lagi.
Sekali lagi, kami dilanda kesunyian.
"Kakakmu koki itu, ya?" Ia akhirnya memecah keheningan.
"Mm...iya. Kok bisa tahu?"
Ia tersenyum malu, kembali memalingkan muka. "Tahu aja."
Ayolah. Fokuslah kembali ke topik awal. "Kenapa kamu mau nutup tempat ini?"
"Apa urusanmu, sih?" dengusnya. "Kakakmu bisa aja dapet kerjaan baru lagi."
"Bisa kamu usahain supaya tempat ini enggak ditutup?"
"Mungkin. Akan kuusahakan." Ia mengangkat bahu.
Aku tersenyum. Tersenyum penuh akan kepuasan. Kebahagiaan. "Benarkah?"
"Iya," angguknya. "Semoga aja bisa."