Setan-setan di Rumahku

By Astri Soeparyono, Sabtu, 18 Mei 2013 | 16:00 WIB
Setan-setan di Rumahku (Astri Soeparyono)

"Kakak-kakakku yang bilang."

"Bagaimana mereka tahu kalau kau telah mati?"

"Karena aku sama dengan mereka."

"Bagaimana mereka tahu kalau mereka telah mati?"

"Karena kami tembus pandang, orang-orang tak dapat melihat kami, dan kami dapat melayang-layang. Nanti, bila telah bertambah beberapa tahun umur kami, kami dapat membuat tubuh kami menembusi tubuhmu."

"Aku dapat melihatmu, juga kakak-kakakmu. Kau bohong padaku!" bantahku

"Tidak! Kau dapat melihat setan karena kau istimewa. Bila kau ke rumah orang yang ada setannya, kau pun akan dapat melihat setan-setan itu."

Aku lalu berlari mencari Ibu.

"Ibu! Ibu! Aku bisa melihat setan karena aku istimewa!"

Ibu mengalihkan pandangan dari mesin jahitnya, menggendongku, lalu memangkuku di atas kasur. Ia mengusap-usap rambutku sambil tersenyum.

"Kau memang istimewa, Nak. Tapi, kau tak dapat melihat setan," ujarnya lembut.

"Aku istimewa karena dapat melihat setan!" ujarku kukuh.