Setan-setan di Rumahku

By Astri Soeparyono, Sabtu, 18 Mei 2013 | 16:00 WIB
Setan-setan di Rumahku (Astri Soeparyono)

Sekali lagi aku terkejut. Mengapa Ibu tak pernah bercerita padaku?

"Lalu, yang paling kecil, Ibu yakin itu adalah adikmu. Ia mati dalam kandungan, karena Ibu sudah tidak kuat lagi mengandung."

Aku tak dapat berkata-kata lagi mendengar pengakuan Ibu yang dirahasiakannya dariku selama belasan tahun.

"Kenapa Ibu tak pernah cerita padaku?"

Ibu menghela napas beberapa kali.

"Ibu tak ingin mengingat kenangan pahit itu. Bukan karena Ibu tak cinta pada mereka seperti Ibu mencintaimu. Kehilangan mereka begitu pahit bagi Ibu."

Ibu menundukkan kepala dalam-dalam. Kutahu, ia berusaha menyembunyikan tangisnya. Kutinggalkan Ibu diam-diam dan kembali ke kamarku. Kelima setan itu ternyata sedang bermain-main dengan boneka-bonekaku. Begitu melihatku, mereka berhamburan berebut memelukku dengan tubuh dingin mereka.

"Ayo kita bermain! Ayo kita bermain!"

Mereka menjerit-jerit senang sambil menarik-narik tanganku. Aku tersenyum dalam bekapan dingin tubuh mereka.

***

Untuk perempuan cantik yang menunggui rumahku dan berbaik hati menampakkan diri untuk menyewakan rumahku agar tak kosong.

 

(oleh: uliana dewi irwandani, foto: cielanberlin.tumblr.com)