"Nama aku Kina, tante." Hah, Beku.
"Sekarang kamu main sepeda enggak perlu sendiri lagi, sama Beku aja."
"Iya...."
Tidak disangka, anak yang kutakuti itu dengan kelangkaan namanya, akhirnya menjadi sahabat baikku. Ritual bermain sepeda menjadi lebih seru dengan keberadaannya, bukan hanya karena sekarang Beku menemaniku. Tapi karena lokasi bermainku pindah ke taman komplek. Dengan selalu diikuti Mbak Ntin, Mbaknya Beku.
"Kamu siap?"
"Enggak."
"Lah, terus gimana?"
"Aku takut."
"Pasti bisa, kan aku pegangin dulu. Naik pangkat, dong. Masa iya sepeda roda empat terus. Saatnya sepeda roda dua!"
"Iya iya."
"Oke, siap ya? Satu...Dua...Ti...."
"Tunggu, tunggu, tunggu. Aku belajar sama Kak Rio aja deh. Kita kan sama-sama kecil. Mana kuat kamu nahan aku."