Aku.
Dan dugaanku tepat.
Tasia mengambilku dan mendekapku erat-erat. Wajahku terbenam dalam kaos oblongnya. Dan tak lama berselang, aku merasakan tetes-tetes air membasahi kepalaku. Air matakah?
"Nggak adil," ucap Tasia sambil terisak pelan. "Kenapa aku nggak seberuntung mereka?"
Apa maksudmu?
"Kenapa harus aku?" Suaranya bergetar.
Pertanyaan yang sa...
Sebuah benturan pelan menyentuh kepalaku, dan tahu-tahu wajahku lurus menghadap langit-langit. Tasia baru saja membantingku. Tidak sakit. Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini. Yang tidak biasa adalah ketika aku dipeluknya lagi, dan dia menangis di sana. Bersamaku. Aku sendiri tidak tahu apa yang kutangisi. Selama ini aku yakin aku bahagia.
***
Aku mencintainya. Aku mencintainya, dan aku mencintainya...
***
"Kejutan!"